Oct 25, 2015

Proyek Peradaban di Tanah Sendiri



Sekitar 35 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan guru, mengikuti Pelatihan Nasional “Gerakan untuk Membumikan Ayat-Ayat Semesta” yang diselenggarakan oleh Yayasan Trensains Indonesia, di Sragen, Jawa Tengah.
Selama 4 hari, peserta yang berasal dari beberapa daerah propinsi, seperti Jombang, Surabaya,  Solo, Yogyakarta, Bandung hingga Jakarta, mengikuti Training of Trainner (TOT) yang diisi langsung oleh Agus Purwanto, D.Sc., penggagas dan pendiri Sekolah Trensains (sekolah berbasis pesantren dan sains).
Agus Purwanto, mengawali pembukaannya di hari pertama dengan mengungkapkan dilema kondisi Indonesia yang terkuras sia kekayaannya dan lemah sumber daya manusianya. Menurutnya, cukup banyak orang-orang pintar alumni luar negeri, tapi tidak dapat memberikan sumbangsih. Adapula yang ketika selesai tidak ingin kembali ke tanah sendiri, tidak punya keinginan membangun negeri.
“Apa artinya kita sekolah, jika asing dan lupa terhadap kampung halamannya” tutur Agus Purwanto, sembari berpuitis melalui karya W.S Rendra.
Agus Purwanto, D.Sc., yang dikenal sebagai seorang ilmuan Indonesia, lulusan S-3 Fisika,Universitas Hiroshima Jepang ini, memiliki cita-cita besar dan mengabdikan dirinya untuk kemajuan Indonesia. Melalui programnya, Trensains (Pesantren Sains), yang sampai saat ini sedang berkembang dan terbentuk pada lembaga pendidikan, yaitu SMA Trensains Tebuireng, Jombang dan SMA Trensains Darul Ihsan Muhammadiyah, Sragen, serta beberapa sekolah lain yang masuk dalam kerjasama program Trensains, mengangkat tema besar, Trensains sebagai “Proyek Peradaban”.
Dilatar belakangi hal tersebut, Agus Purwanto memandang pentingnya peranan utama seorang guru dan pembina yang mampu menjalankan misi dan sistem pendidikan, sehingga dibutuhkan kemampuan dan penguasaan terhadap bidang ilmunya, untuk mencapai tujuan.
“Kurikulum banyak diotak-atik, tapi gurunya ditelantarkan. Kurikulum yang rusak, ketika masuk di tangan guru yang baik, dapat dimodifikasi menjadi baik” Ungkap beliau
Agus Purwanto, penulis buku Ayat-ayat Semesta, Nalar Ayat-Ayat Semesta dan Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari, membedah buku-buku tersebut, kemudian memberikan materi yang cukup banyak mengenai tema Wacana Islamisasi Sains, Quantum Mechanics, Integrasi Sains, Filsafat, Tasawuf dan lainnya.
Bagi beliau, problem pendidikan, khususnya yang beliau spesifikkan pada bidang sains, merupakan problem global yang saat ini melanda dunia. Sains yang dipelajari dan berkembang, membawa nilai hidup sekuler-materialis, yang merusak tatanan alam dan kehidupan. Maka Islamisasi sains, sains yang dikembangkan dalam Worldview of Islam, merupakan sebuah pilihan solutif yang harus disiapkan dan diaplikasikan untuk menghadapi tantangan besar, dimulai dan ditindaki dari lingkup lokal melalui sistem pendidikan.
Pelatihan yang berakhir pada 25 Oktober 2015 ini, memberikan kesan dan bekal bagi peserta yang merupakan alumni ketiga dari serangkaian pelatihan yang telah dilakukan oleh Yayasan Trensains Indonesia, untuk
Di salah satu sesi, Agus Purwanto juga menegaskan, jika sebuah bangsa tidak menghargai dan memuliakan para guru, maka akan hina pula lah bangsa tersebut, sebab guru atau pendidik, merupakan etentitas utama pembentuk identitas peradaban.
“Bangsa yang hina adalah bangsa yang tidak menghargai guru. Hanya bangsa mulia, yang menghargai orang mulia” Ungkap Agus Purwanto, ilmuan dan dosen di Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. (Galih)

Oct 4, 2015

Sirah sebagai Pijakan Peradaban




“Sirah Rasulullah adalah penerjemah nyata dari Al Qur`an” 

Demikian ungkapan Ustad Asep Sobari, pendiri Sirah Community Indonesia, dalam workshop “Metodologi Pembelajaran Sirah” yang diselenggarakan oleh Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI), Mahad `Aly Imam al Ghazally (MAIG), Sirah Community Indonesia (SCI) dan Masjid Insan Mulia, pada hari Sabtu 03 Oktober 2015, di Aula Mahad `Aly Imam al Ghazally, Solo, Jawa Tengah. 

Beliau menjelaskan bahwa sirah merupakan praktik dari Al Qur`an, yang teraplikasi dalam kehidupan Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam, sedangkan sirah dibangun berdasarkan Al Qur`an dan hadist.
Sirah adalah materi dasar pendidikan dan terkait dalam setiap cabang keilmuan Islam. Hampir di sebagian besar kehidupan umat Islam, pernah menyentuh atau mendengar kisah-kisah dari sirah atau sejarah Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam. Namun yang menjadi perhatian dan permasalahan dalam pengkajian sirah adalah, bagaimana sirah dapat dibaca dalam framework yang benar dan disajikan dalam bentuk yang menarik. Tidak salah membaca sirah sebagaimana orang-orang Syi`ah, liberal atau orientalis.

Sirah seharusnya harus dipandang dalam kacamata peradaban dan penyajian sirah harus sesuai dan baik, untuk bisa diterima berbagai segmen umat Islam.

“Sirah Nabawiyyah bukanlah sekedar kisah yang mengalir begitu saja dalam kehidupan seseorang, tetapi sirah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam ketika beliau menerima wahyu dari Allah, beliau mengaplikasikannya pada kehidupan nyata, yang hasilnya adalah mengubah tatanan hidup, melahirkan generasi-generasi terbaik dan membangun sebuah ummat, ummat yang menjadi teladan bagi dunia” terang Ustad Asep Sobari, alumnus Universitas Islam Madinah, di hadapan sekitar 60 peserta yang terdiri dari ormas Islam, guru dan mahasiswa. 

Beliau juga menjelaskan bahwa sejarah mesti dilihat secara utuh dan berdasarkan nash, kemudian mencontohkan misal pada Perang Uhud, yang masyur dikenal sebagai kekalahan pertempuran umat Islam. Menurut beliau ketika itu yang terjadi bukanlah kekalahan mutlak  umat Islam atau bisa dikatakan tidak terjadi kekalahan, sebab target orang kafir Quraisy tidak tercapai untuk membunuh para tokoh-tokoh penting Islam dan menguasai jalur perdagangan, sedangkan umat Islam ketika itu tetap dapat bertahan, namun memang umat Islam mengalami kerugian besar, bukan kekalahan.

Ustad Asep Sobari, Lc, juga menegaskan, sirah merupakan pijakan yang utama dalam membangun peradaban, jangan sampai latah belajar dan menerapkan sistem ekonomi, politik, sosial, dari Persia atau pun Roma. Padahal telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat di dalam Sirah.

Workshop Metodologi Pembelajaran Sirah yang dilaksanakan di Aula Mahad `Aly Imam al Ghazally,  pada pembukaannya diberikan sambutan oleh Ustad Arif Wibowo, M.PI, selaku Direktur Eksekutif Mahad, bahwa di Mahad `Aly Imam Ghazally ini, yang  juga diketahui banyak mengkaji sejarah dan pemikiran Islam Indonesia dan dunia, direncanakan akan dibangun menjadi laboratorium dan wadah riset bagi aktivis-aktivis Islam, untuk semakin menambah bahan dan khazanah keilmuan khususnya di Kota Solo. (Galih)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons