Sep 23, 2015

Guru dan Cinta


Setiap insan akan menjadi seorang guru. Guru bagi masyarakatnya, guru bagi keluarganya dan guru bagi dirinya sendiri. Bagaimana cara kita menjadi seorang guru yang baik, yaitu menjadi guru yang dapat memberikan kecintaan, sehingga akan dirindukan dan dipanuti? Pertama adalah dengan pengenalan dan kecintaan seorang guru tersebut terhadap Tuhannya (Allah), sehingga seorang guru itu pun akan melakukan dan memberikan apa yang juga dicintai dan disenangi Tuhannya kepada murid-muridnya (masyarakat, keluarga dan dirinya).

Pendidikan tidak akan berjalan dengan berhasil tanpa dilandasi dengan kecintaan, dan kecintaanlah yang melandasi keberhasilan seorang guru mendidik murid-muridnya. Kecintaan yang akan mendorong guru untuk berbuat sepenuh hati, sebesar diri dan tanpa mengharap pamrih lebih. Keberhasilannya adalah nilai tinggi yang tidak dapat diukur oleh materi.

Karena sebab dan hakikat kecintaan dan kebaikan sesungguhnya itu adalah dari Allah, maka belumlah sempurna bagi seseorang untuk menggurui (memberikan pendidikan), tanpa dasar kecintaannya karena Allah, sebagai bukti kecintaan tertinggi dan pasti.

“Tiap-tiap surat Al Qur`an senantiasa dimulai dengan “Bismillahirrahmaanirrahiim”, kecuali satu surat, yaitu Surat at Taubat. Di sana tersebut sifat Tuhan Rahman dan Rahim. Maha Kasih dan Maha Sayang. Kasih dan Sayang adalah akibat dari cinta.

Nyatalah sudah bahwa yang lebih dahulu cinta kepada hambaNya ialah Tuhan. Maka yang akan lebih dahulu ditanamkan dalam hatinya seorang hamba ialah menyambut cinta Tuhan itu dengan cinta pula. Apabila cinta telah mendalam, tidak ada lagi kehendak kecintaan yang berat dipikul. Apakah cinta telah terpadu, maka di antara yang mencintai dengan yang dicintai samalah kesukaannnya dan sama pula yang tidak disukainya.

Maka pokok yang utama dari tugas seorang guru ialah menanamkan dan menyuburkan rasa cinta itu dalam hati murid-murid.
Tetapi hendaklah guru itu menanyai dirinya lebih dahulu apakah dia sudah mempunyai rasa cinta itu pula kepada Tuhannya? Sebab orang yang tidak mengenal dan merasai cinta, tidaklah dapat mengarang percintaan.” (Buya Hamka, Lembaga Budi, 1985)

(9 Dzulhijjah 1436 H/ 23 September 2015)

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons