Sep 23, 2015

Abu Bakar Ash Shiddiq, Penghulu Para Sahabat


“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya `Janganlah berduka cita, sesunggunya Allah bersama kita.” (QS. At Taubah: 40)

Aisyah, Abu Sa`id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “Abu Bakarlah yang menyertai Nabi Saw dalam gua tersebut.”

Abu Bakar ash Shiddiq r.a adalah seorang yang paling utama dan penghulu dari sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Ia seorang lelaki yang pertama kali membenarkan tentang kabar kenabian Rasulullah Saw dengan masuk Islam, dan Isra Mi`rajnya Rasulullah Saw, serta menemaninya Saw dalam hijrah ke Yastrib.

Ali bin Abu Thalib r.a menyatakan “Allah Swt menurunkan nama untuk Abu Bakar dari langit, yaitu ash Shiddiq”.

Dari tangannya lah kemudian banyak dari para senior sahabat masuk Islam seperti Ustman bin Affan, az-Zubair bin al Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah, serta dari kalangan budak yaitu Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinnirah,Nahdiyyah, kedua putrinya dan seorang budak wanita milik  Bani Mu`ammal.

Nama sebenarnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amir bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tamim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al Qurasy at-Tamimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Saw pada kakeknya, murrah bin Ka`ab bin Lu`ai (11-13 H).

Ia adalah seorang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya selalu melorot dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening besar, memiliki urat tangan yang tampak menonjol, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar (hinai) maupun daun pohon al-Katm, sebagaimana diungkap Aisyah ra.

Karakter akhlaknya adalah penuh dengan kebaikan, keberanian, kelembutan, murah hati, penyabar, paling mengerti, faqih, zuhud, sangat bertawakal dan yakin dengan segala janji-Nya.

Ia adalah seorang sahabat yang telah dijamin dan diberikan jalan masuk dari berbagai pintu surga. Dan beliau adalah seorang yang paling dicintai Rasulullah Saw dari kalangan sahabat laki-laki, hingga Rasulullah berkata “Andaikan saja aku dibolehkan mengambil khalil (kekasih dekat) selain Allah, pasti aku akan memilih Abu Bakar sebagai khalil, namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.”

Demikian juga yang diakui oleh sahabat lainnya. Ibnu Umar r.a berkata, “Kami biasa (berbincang) menyatakan siapa yang paling utama diantara para sahabat di masa Rasulullah Saw, maka kami sepakat memilih Abu Bakar yang paling utama, kemudian Umar r.a, selanjutnya Ustman bin Affan r.a. Dari Muhammad bin al Hanafiyyah beliau juga berkata, “Kutanyakan kepada ayahku (Ali bin Abi Thalib r.a) siapa yang paling baik setelah Rasulullah Saw?” Beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab “Umar”. Dan aku takut jika beliau menyebut Ustman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti Anda”. Namun beliau menjawab,”Aku hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin”.

Pernah suatu ketika Utbah bin Mu`ith mendatangi Nabi Saw yang sedang sholat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepaskan ikatan tersebut sambil berkata,

“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, `Rabbku ialah Allah` padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu.”(QS. Al Mu`min: 28)

Ia juga selalu turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah Saw seperti pada perang Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, penaklukan kota Makkah, Tabuk dan pertempuran besar lainnya.

Pada hari kamis, lima hari menjelang wafat, Rasulullah Saw menyampaikan pidato yang agung yang menerangkan keutamaan Abu Bakar ash Shiddiq dibandingkan seluruh sahabat lainnya, ditambah instruksi Nabi Saw di hadapan seluruh sahabat agar Abu Bakar ditunjuk menjadi imam kaum Muslimin dalam shalat. Mungkin khutbah ini merupakan pengganti dan keinginan beliau Saw untuk berwasiat siapa yang menjadi penggantinya. Maka ketika Rasulullah Saw wafat, Abu Bakar dibai`at oleh kaum Muslimin baik dari kalangan Muhajirin dan Ansor untuk menjadi Khalifah (pengganti) Rasulullah Saw di Saqifah Bani Sa`idah.

Pada masanya kepemimpinannya ia melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah r.a ke Syam, sebagaimana yang telah dipersiapkan Rasulullah Saw sebelum wafat. Al Qur`an juga dikumpulkan dan dibukukan atas instruksi Umar r.a karena melihat banyaknya penghafal Al Qur`an gugur dalam perang Yamamah dan selanjunya meminta Zaid bin Tsabit r.a untuk menuliskannya.

Beberapa lama setelah Rasulullah Saw wafat dan digantikan oleh Khalifah Abu Bakar ash Siddiq, terdengar banyak kabar kemurtadan dari berbagai tempat di Yaman, Bahrain, Oman seperti mayoritas Bani Hanifah di Yamamah yang bergabung dengan Musailamah Kadzdzab, Bani Asad, Ghathafan maupun Thayyi` bergabung dengan Thulaihah al-Asadi yang mengaku nabi baru, sebagaimana Musailamah al Kadzdzab. Suku Kindah dan sekutunya dibawah pimpinan al Asy`ats bin Qais al Kindi. Kemudian diikuti oleh suku Mudzhij dan sekutunya dibawah pimpinan al Aswad bin Ka`ab al Ansi yang seorang dukun. suku Rabi`ah di bawah pimpinan al Ma`rur bin Nu`man bin al Mundzir.

Demikian pula terjadi segolongan yang enggan membayar zakat. Hal ini menjadi perbincangan diantara sahabat, ada yang mensarankan agar membiarkan dan tidak memeranginya dahulu, melainkan mengambil hati mereka sampai keimanannya kokoh. Namun Abu Bakar dengan tegas menolak “Demi Allah, andai saja mereka enggan untuk menyerahkan seekor kambing betina –dan dalam satu riwayat- “seutas tali” – yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah Saw pastilah akan kuperangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah, aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara kewajiban shalat dan zakat!”.

Abu Bakar adalah seorang terdepan dengan keyakinannya terhadap pertolongan dan janji Allah, dalam pandangannya seorang yang lemah menjadi kuat dan seorang yang kuat menjadi lemah, tegas dan konsisten dalam kebenaran.

Aisyah r.a menuturkan “Ketika Rasulullah Saw wafat muncullah kemunafikan di berbagai wilayah, sebagian orang Arab murtad, serta orang-orang Yahudi dan Nasrani mengangkat pemimpin mereka. Kaum Muslimin ketika itu laksana kambing yang kehujanan di malam hari pada musim dingin karena kehilangan Nabi Saw, sampai Allah Swt menyatukan mereka dengan Kekhalifahan Abu Bakar. Dalam mengemban amanah tersebut, ayahku ditimpa berbagai kesulitan yang dapat menghancurkan gunung yang kokoh andaikata kesulitan itu ditimpakan ke atasnya. Demi Allah tidaklah terjadi peselisihan di antara mereka melainkan ayahku akan memecahnya dengan kharisma pribadinya dan kapasitas ilmunya.”

Masa Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama 2 tahun 3 bulan. Telah sangat banyak memberikan stabilitas dan menumpas perlawanan terhadap Islam, sekaligus melakukan pembebasan di berbagai Negeri Irak (Persia) dan memulai penaklukan di Negeri Syam (Romawi) dengan mengutus Khalid bin Walid r.a sebagai panglima perangnya. Yang hal ini kemudian yang memberikan jalan pembuka selanjutnya pada Khulafa`Rasyidin untuk semakin memperluas wilayah kekuasaan dan syiar Islam.

Beliau wafat pada hari Senin di malam hari, ada juga yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib, malam selasa dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya pada hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H. Ketika sakit ia menuliskan wasiat agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin Khattab r.a, dan setelahnya dibacakan pada segenap kaum Muslimin dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.

Abu Bakar ash Shiddiq r.a wafat pada usia 63 tahun, persis dengan usia Nabi Saw. Akhirnya Allah Swt mengumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengumpulkan mereka dalam kehidupan.

Abu Sa`id r.a berkata, suatu ketika Rasulullah Saw pernah berkhutbah dihadapan manusia dan berkata,
Sesungguhnya Allah telah memberi seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih apa-apa yang ada di sisi-Nya, dan ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.
Maka tiba-tiba Abu Bakar pun menangis, dan para sahabat heran karena tangisannya terhadap kabar yang disampaikan Rasulullah Saw tentang seorang hamba yang diberi pilihan itu. Ternyata beliaulah hamba yang diberi pilihan tersebut, dan Abu Bakarlah satu-satunya orang yang mengetahui (akan hal itu) di antara para sahabat.

Galih, 14 Juni 2014

Daftar Pustaka:
Dirangkum dari Al Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah. Terj. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung (Jakarta:Darul Haq)

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons