Sep 25, 2015

Utsman bin Affan, Pemimpin yang Mendapat Petunjuk


Setelah `Utsman datang meminta izin untuk hajat, Aisyah diminta untuk mengambil selimutnya, lalu Aisyah r.a berkata “Ya Rasululullah, aku melihat engkau menyambut Abu Bakar dan Umar tidak seperti sambutanmu terhadap `Utsman? Rasulullah bersabda “Sesungguhnya `Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam posisi seperti itu, ia tidak jadi menungkapkan keperluannya.”

Laits berkata, `Sekelompok orang berkata, `Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda kepada Aisyah, “Tidaklah aku merasa malu kepada orang yang para malaikat pun malu terhadap dirinya?

Ia adalah `Utsman bin Affan r.a. Nama lengkapnya `Ustman bin Affan bin Abi al-`Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`addu bin `Adnan.

`Utsman diberi julukan Dzun Nurain (yang memiliki dua cahaya) karena ia menikah dengan dua putri Rasulullah Saw. Nama kunyah beliau adalah Abu Amr dan Abu Abdullah, dan ia adalah seorang yang telah berhijrah dua kali.

Ia adalah salah seorang yang dijamin masuk surga dan  kandidat anggota syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah, yang akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, beliau berkata, “Pada zaman Rasulullah Saw, kami tidak menyamakan Abu Bakar dengan sahabat lain kemudian Umar dan Kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu sahabat dengan sahabat yang lain.”

`Utsman bin Affan r.a adalah seorang yang rupawan, lembut, berjenggot lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulutnya bagus, kulitnya berwarna sawo matang.Beliau memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat. Mengutamakan keluarga dan kerabatnya di jalan Allah.

Rasulullah Saw bersabda“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling jujur sifat malunya adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu`adz bin Jabal, yang paling hafal tentang al Qur`an adalah Ubay dan yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang kepercayaan dan orang kepercayaan umatku adalah Abu `Ubaidah bin Jarrah.”

`Ustman bin Affan r.a masuk Islam di awal melalui Abu Bakar ash Shiddiq r.a. Beliau yang pertama berhijrah ke Ethiopia bersama istrinya Ruqayyah binti Rasulullah Saw, kemudian kembali ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Ketika perang Badar terjadi, beliau tidak bisa ikut karena sibuk mengurusi istri beliau (putri Rasulullah Saw) ketika di Madinah, namun Rasulullah Saw memberikan beliau bagian dari harta rampasan perang dan pahala berperang, dengan menganggap beliau ikut berperang. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah Saw menikahkannya dengan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau.

Utsman bin Affan ikut serta dalam perang Uhud, Khandaq, Perjanjian Hudaibiyah, perang Khaibar, Tabuk. Ia banyak membelanjakan hartanya untuk perlengkapan jihad di jalan Allah. Ketika Ia datang membawa 1.000 dinar dan meletakkannya di pangkuan Rasulullah Saw, Rasulullah bersabda “Tidak ada dosa bagi Utsman atas apa yang ia lakukan setelah hari ini.”

Rasulullah Saw wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar bin Khaththab dengan baik, Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Ustman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri  adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya.

`Utsman merupakan Khulafa` Rasyidin ketiga dan salah seorang pemimpin yang mendapat petunjuk. Murrah bin Ka`ab ia berkata “Aku mendengar Rasulullah Saw menyebut berbagai fitnah, lalu menggambarkan bahwa fitnah-fitnah tersebut begitu dekat masanya. Kemudian seseorang dengan wajah tertutup kain lewat. Rasulullah Saw bersabda tentang orang ini, “Saat fitnah itu terjadi, orang ini berada di atas petunjuk.” Murrah bin Ka`ab melanjutkan, “Lantas aku berdiri dan berjalan menuju ke arah orang itu. Rupanya dia adalah `Utsman.”

Dari Aisyah r.a, ia berkata bahwasannya Rasulullah Saw bersabda, “Wahai `Utsman, jika suatu hari nanti Allah Swt mengaruniakanmu perkara ini (jabatan khalifah), kemudian orang-orang munafik ingin melepaskan baju (kekhalifah) yang Allah Swt telah pakaikan kepadamu, maka janganlah engkau lepaskan baju itu.

`Ustman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar bin Khaththab. Pemerintahannya berlangsung sekitar 12 tahun kurang 12 hari (11 tahun 11 bulan dan 17 hari). Ia dibai`at pada awal bulan Muharram 24 H dan terbunuh pada tanggal 18 Dzuhijjah 35 H. Iamelakukan perluasan Masjid Nabawi, membentuk armada laut pertama dan melakukan kodifikasi al Qur`an untuk kedua kalinya.

Terjadi perluasan wilayah yang pesat dan terbesar pada masanya dariKhulafaur Rasyidin. Muawiyyah r.a menyerang Siprus atas izin `Utsman, ketika dulu `Umar r.a melarang ekspedisi militer melalui laut. Hingga terjadi pembebasan wilayah-wilayah Timur dan Afrika seperti Azerbaijan, Armenia, Kabul, Sijistan, dan banyak lagi lainnya. Pada masa kekhalifahannya pula terjadi perang besar Dzatush Shawari dengan pasukan Romawi. Dan kesejahteraan menaungi umat Islam pada masa itu karena aktivitas jihad terjadi besar-besaran, Hasan al Basri berkata “Hampir setiap hari orang-orang ketika itu berbagi harta benda. Sampai-sampai ada yang memanggil-manggil, `Kesinilah, wahai para hamba Allah, ambil madu bagianmu! Ke sinilah wahai para hamba Allah! Ambil harta benda bagianmu.”

Pada tahun 34 H mulai muncul fitnah dari orang bodoh, dungu dan musuh-musuh Islam, yang berusaha memberontak kepada khalifah `Utsman. Ia kemudian menangkap mereka dan mencela perbuatan mereka, kemudian melepaskannya. Namun bukan menyesali, justru selanjutnya mereka melakukan persiapan yang lebih besar untuk melakukan pemberontakan kedua kalinya pada tahun 35 H. Khususnya yang diakui menjadi provokator utama, memotori berbagai konspirasi dan fitnah tersebut, yaitu `Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Ia banyak mempengaruhi dan memanfaatkan orang Badui untuk menyebarkan kebohongan-kebohongan kepada mereka dengan mengatakan bahwa Utsman melakukan begini dan begitu. Ia dan para pengikutnya (as-Sabaiyyah) kemudian membuat surat-surat palsu yang mengatas namakan az Zubair, `Ali, Thalhah, `Aisyah dan sahabat-sahabat yang lain, dan memberikan cap stempel palsu, yang semua isinya tentang pengingkaran atas `Utsman dan mencela kebijakan pemerintahannya, sehingga banyak kemudian yang ikut tersulut.

Usia `Utsman mencapai lebih dari 80 tahun. Shalih bin Kaisan berkata, “Beliau wafat pada usia 80 tahun beberapa bulan”. Adapula yang berkata “84 tahun”. Qatadah berkata “Beliau meninggal pada usia 88 tahun, atau 90 tahun.”

Ia meninggal dalam keadaan syahid, setelah terjadi pengepungan selama lebih dari sebulan atau ada yang mengatakan 40 hari, hingga `Utsman selama itu dilarang melakukan segala sesuatu dan tidak dapat mengerjakan shalat di Masjid.

Pada hari sebelum terbunuhnya `Utsman, ketika itu `Utsman meminta agar semua orang yang ada di dalam rumah beliau, yang bermaksud melakukan pembelaan untuk beliau kembali ke rumah masing-masing, maka mereka pun pergi, dan `Utsman menyerahkan semua urusannya kepada Allah, dan meminta agar mereka menyarungkan pedangnya. Disaat tidak ada lagi orang yang bersama beliau kecuali keluarganya, para pemberontak masuk ke dalam rumah melalui pintu gerbang dan meloncati tembok, sementara itu `Utsman sedang mengerjakan shalat dan membaca al Qur`an pada ayat (QS. Al Imran:173), hingga akhirnya terbunuh.

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan `Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka`, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab `Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah sebaik-baik Pelindung.” (QS Ali Imran: 173).

Abu Ja`far ar Razi berkata “Dari Ayyub Sikhtiani, dari Nafi`, dari Ibnu Umar bahwa `Utsman berbicara dihadapan khalayak, `Aku melihat Nabi Saw di dalam mimpi, beliau bersabda “Ya Ustman berbukalah bersama kami”. Maka pada pagi harinya beliau berpuasa lalu terbunuh pada har itu juga. Dalam riwayat lain dari Saif bin Umar, ketika ia diminta keluar dan duduk di beranda depan sehingga masyarakat dapat melihat dan membela beliau, `Ustman tertawa lalu berkata “Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku bertemu dengan Nabi Saw dan di samping beliau ada Abu Bakar dan Umar, lalu beliau bersabda “Kembalilah karena besok engkau akan berbuka bersama kami”. Kemudian `Utsman berkata “Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat.”

`Utsman bin Affan akhirnya syahid ditangan para pemberontak. Ketika Rasulullah Saw mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Ustman, lantas gunung tersebut bergetar, maka Rasullullah Saw ber sabda “Tenanglah Uhud! Tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, seorang ash Shiddiq (Abu Bakar) dan dua orang syahid (Umar dan Utsman)”.

Masa kekhalifahan `Utsman merupakan masa keemasan Khulafa Rasyidin, walaupun ada distortasi sejarah yang disebarkan para pendusta, dan tuduhan-tuduhan sesat yang dialamatkan ke pemerintahannya, bahwa ia melakukan nepotisme, menzalimi para sahabat, lari dari peperangan dan lainnya, serta melupakan sumbangsih besarnya. Padahal ketika zamannya wilayah kekuasaan Islam meluas paling pesat, serta kesejahteraan dan keamanan tercapai.

Seorang lelaki pernah bertanya kepada Abdullah bin Umar.”Wahai Ibnu Umar, aku ingin bertanya sesuatu kepada anda, maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari meninggalkan pasukan pada perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab “Benar”. Ia kembali bertanya “Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut dalam perang Badar?” Ibnu Umar menjawab “Benar”. Ia kembali bertanya “Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Bai`at ar Ridhwan?” Ibnu Umar menjawab “Benar”. Lelaki itu berkata “Allahu Akbar”. Ibnu Umar berkata, “Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang permasalahan tersebut. Adapun mengenai larinya beliau dari perang Uhud, sesungguhnya ia telah mendapat ampunan dari Allah. Kemudian tentang beliau tidak dapat ikut serta dalam perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau, yakni putri Rasulullah Saw yang sedang sakit dan Rasulullah Saw bersabda kepadanya,“Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seseorang yang ikut serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian harta rampasan perang”.

Adapun ketidak ikut sertaan beliau pada Ba`iat ar Ridhwan, kalaulah sekiranya ada seorang yang lebih terhormat di Kota Mekkah selain Utsman, tentunya Rasulullah Saw akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun Rasulullah Saw tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Bai`at ar Ridhwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, lalu Rasulullah mengisyaratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda “Ini adalah tangan Ustman”. Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda “Ini adalah bai`at untuk Utsman”. Ibnu Umar berkata kepada lelaki itu “Nah, bawalah penjelasan ini, karena sekarang engkau sudah tahu.”

Fatimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah dengan mengutus pamannya, “Salah seorang anakmu mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Ustman yang sedang dicela oleh banyak orang.” Beliau menjawab “Semoga Allah melaknat orang yang melaknat Ustman”. Demi Allah, waktu itu ia sedang duduk di sisi Rasulullah Saw, dan Rasulullah sedang menyandarkan punggungnya kepadaku, dan Jibril sedang menyampaikan wahyu al Qur`an. Beliau berkata “Tulislah wahyu tersebut ya Utsaim (Utsman).” Aisyah berkata, “Tidaklah Allah menempatkan seseorang pada kedudukan seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap Allah dan RasulNya.”
Imam Ahmad berkata, Bahz telah mengatakan kepada kami, Abu Awanah telah mengatakan kepada kami, Hushain telah mengatakan kepada kami, dari Umar bin Jawaan, dia berkata, `Berkata al Ahnaf “Kami pergi untuk menunaikan ibadah Haji dan melewati Kota Madinah. Di saat kami berada di tempat penginapan kami, datanglah seseorang berkata, `Orang-orang berkerumun di Masjid`. Maka aku dan temanku pergi ke Masjid. Ternyata di sana orang-orang sedang mengerumuni seseorang. Maka aku berusaha untuk menerobos kerumunan tersebut dan ternyata mereka adalah `Ali, Thalhah, az Zubair dan Sa`ad bin Abi Waqqash.

Tak lama kemudian datanglah `Utsman bin Affan dan bertanya, “Apakah di sana ada Ali bin Abi Thalib?” Mereka menjawab, “Ada”. Beliau bertanya lagi “Apakah di sana ada az Zubair?” Mereka menjawab “Ada”. Bertanya lagi “Apakah di sana ada Thalhah?” Mereka menjawab, “Ada”. Bertanya lagi “Apakah di sana  ada Sa`ad bin Abi Waqqash?” Mereka menjawab, “Ada”.

Kemudian ia berkata, `Demi Allah, yang tidak ada illah yang berhak di sembah kecuali Dia, aku bertanya kepad kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah Saw bersabda “Barangsiapa membeli tempat-tempat unta Bani Fulan, maka Allah akan mengampuninya”.  Maka aku membelinya dan aku menghadap kepada Rasulullah Saw, lalu kukatakan bahwa aku telah membelinya. Beliau bersabda, “Letakkan tambatan tersebut di Masjid kita, maka pahalanya untukmu.” Mereka menjawab “Benar”.

Ia berkata, `Demi Allah, yang tidak ada illah yang berhak di sembah kecuali Dia, aku bertanya kepad kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Siapa mau membeli sumur Romah?” Maka aku beli sumur tersebut dengan harga sekian, lalu aku menghadap Rasulullah Saw dan aku katakan, “Aku telah membeli sumur itu”. Beliau bersabda, “Jadikanlah sumur tersebut sebagai tempat kaum Muslimin mengambil air minum, maka pahalanya untukmu.” Mereka menjawab, “Benar.”

Ia berkata, `Demi Allah, yang tidak ada illah yang berhak di sembah kecuali Dia, aku bertanya kepad kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah Saw melihat wajah orang-orang pada hari Jaisyul `Usrah (Pasukanyang disiapkan untuk perang Tabuk) dan bersabda, “Barangsiapa mempersiapkan bekal (dan peralatan) mereka, maka Allah akan mengampuni dosanya.” Maka aku yang membekali mereka hingga tiada satu tali kekang dan tali pengikat pun yang tertinggal.” Mereka menjawab, “Benar”.
`Utsman berkata “Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah!” Kemudian beliau pergi. (Galih)

4 Oktober 2014

Sumber dirangkum dari:

Al Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah. Terj. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung (Jakarta:Darul Haq, 2002)
Dr. `Ustman bin Muhammad al-Khamis, Hiqbah Minat Taariikh. Terj. Inilah Faktanya (Jakarta:Pustaka Imam Syafi`i, 2012)

Sep 23, 2015

Umar bin Khaththab, Pemimpin Orang Beriman


“Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran di atas lidah umar dan di atas hatinya, dialah al Faruq”

Nama lengkapnya adalah `Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr. Julukannya adalah al Faruq.

Ia adalah seorang lelaki yang tinggi, kepala bagian depannya botak, mampu bekerja dengan dua tangannya (secara) seimbang, kedua matanya hitam, berkulit kuning, ada yang mengatakan berkulit putih hingga menjadi kemerah-merahan. Giginya putih bersih mengkilat, selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan menggunakan inai (daun pacar).

`Umar r.a adalah seorang yang sangat tawadhu` kepada Allah. Kehidupan dan makanannya sangat sederhana. Beliau terkenal sangat tegas dalam urusan agama Allah, selalu menambal bajunya dengan kulit, membawa ember di atas kedua pundaknya, tapi bersama itu semua, beliau memiliki wibawa yang sangat besar, selalu mengendarai keledai tanpa pelana, jarang tertawa dan tidak pernah bergurau dengan siapa pun. Cincinnya bertuliskan sebuah peringatan, “Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu Umar”.

Umar masuk Islam ketika berusia dua puluh tujuh tahun. Beliau mengikuti perang Badar dan seluruh peperangan yang terjadi setelahnya bersama Rasulullah Saw. Beliau juga pernah diutus untuk berangkat bersama sebagai tentara untuk memata-matai dan mencari informasi tentang musuh, dan terkadang menjadi pemimpin dalam tugas ini.

Umar adalah seorang yang selalu bersungguh  dalam ketaatan.  Rasulullah bersabda “Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar”. Abu Sa`id al Khudri meriwayatkan, Rasulullah Saw juga bersabda “Ketika tidur aku melihat dalam mimpi, seluruh manusia diperlihatkan padaku masing-masing mereka mengenakan baju-baju, ada yang mengenakan baju hingga ke dadanya, ada yang mengenakannya di bawah dada, maka diperlihatkan padaku Umar sedang mengenakan pakaian panjang yang diseret-seretnya. Mereka bertanya, `Dengan apa anda menakwilkannya wahai Rasulullah?` Rasulullah menjawab, `Agamanya`.”

Ia adalah seorang yang sangat disegani dan memiliki kewibawaan tinggi, bagi kawan maupun lawannya. Rasulullah bersabda “Wahai Ibnul Khaththab, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah syaitan berjalan di suatu jalan kemudian bertemu denganmu, melainkan dia akan beralih ke jalan lain yang bukan jalanmu.”

Ibnu Mas`ud menyatakan “Kami senantiasa kuat semenjak `Umar al Khaththab masuk Islam”. `Umar memeluk Islam pada tahun keenam sejak diutusnya Rasulullah Saw, setelah empat puluh laki-laki dan sebelas perempuan terlebih dahulu memeluk Islam.

Umar adalah pemimpin Islam kedua setelah Abu Bakar ash Shiddiq, ia adalah seorang yang pertama kali digelari Amirul Mukminin, sangat mencintai dan dicintai oleh rakyatnya. Pada masa pemerintahannya yang berlangsung 10 tahun 5 bulan 21 malam. Abu Ma`syar berkata masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari. Ibnu Jarir berkata masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan dan 4 hari. Telah membawa perkembangan pesat pada sistem dan kekuasaan Islam. Ia merupakan seorang pemimpin yang sangat tegas dan perhatian. Umar  selalu mengawasi para gubernurnya dengan sangat ketat. Selalu bertanya dan mencari kabar tentang mereka kepada orang-orang. `Umar mensyaratkan kepada mereka agar tidak menaiki kereta kuda, tidak memakan makanan yang enak-enak, tidak berpakaian yang halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat yang membutuhkan bantuan.  Ia sendiri berpatroli pada malam hari dengan memerhatikan keamanan Madinah, ia juga mensyaratkan dirinya “Tidak halal bagiku dari harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan di musim dingin dan satu lagi digunakan untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin.”

Ia selalu memakai jubah yang terbuat dari kulit yang banyak tambalannya –sementara beliau adalah khalifah-, berjalan mengelilingi pasar sambil membawa tongkat di atas pundaknya untuk menegur orang-orang yang melanggar peraturan. Jika beliau melewati atau lainnya yang bermanfaat, maka ia akan memunggutnya dan melemparkannya ke halaman rumah orang.

`Umar pernah membawa tempat air dia atas pundaknya. Sebagian orang mengkritiknya, namun ia berkata, “Aku terlalu kagum terhadap diriku sendiri oleh karena itu aku ingin menghinakannya.” Pada waktu paceklik dan kelaparan, beliau tidak pernah makan kecuali roti dan minyak hingga kulit beliau berubah menjadi hitam, ia berkata, “Akulah sejelek-jelak penguasa apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”

Suatu malam ketika ia sedang keluar, ia menemukan musafir yang kemalaman dan mendatanginya, ternyata di sana ada seorang wanita bersama anak-anaknya sedang menunggu periuk yang diletakkan di atas api, sementara anak-anaknya sedang menangis. `Umar bertanya dan wanita tadi menjawab bahwa ia kemalaman dalam perjalanan serta kedinginan. Lalu `Umar bertanya mengapa anak itu menangis, ia menjawab “karena lapar”dan ia memasak air agar ia dapat menenangkan mereka hingga tertidur, dan berkata “Dan kelak Allah yang akan menjadi hakim antara kami dengan `Umar”.

Maka `Umar menangis dan segera berlari pulang menuju gudang tempat penyimpanan gandum. Ia mengeluarkan sekarung gandum dengan minyak samin, sambil berkata kepada Aslam “Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas pundakku”. Aslam berkata “Biar aku saja yang membawanya untukmu”. `Umar menjawab, “Apakah engkau bisa memikul dosaku kelak di hari kiamat?” Maka beliau segera memikul karung tersebut di atas pundaknya hingga mendatangi wanita itu. Lalu `Umar membantu memasakkan dan memberikannya kepada anak-anaknya. `Umar masih bersama mereka hingga anak-anak itu tertidur pulas dan memberikan kepada mereka nafkah.

Utusan Kisra (kaisar Persia) berkata ketika datang ke Madinah dan melihat `Umar tidur di bawah pohon, padahal dia adalah Amirul Mukminin “Engkau memimpin dengan adil sehingga merasa aman dan bisa tidur dengan tenang”.

`Umar adalah yang pertama kali membuat penanggalan hijriyah, mengumpulkan manusia untuk Shalat Tarawih berjama`ah, berkeliling di malam hari mengontrol rakyatnya di Madinah, membawa tongkat pemukul untuk memberi pelajaran dan menghukum yang salah, yang pertama mendera peminum khamar 80 kali cambukan, melakukan banyak penaklukan, yang pertama membuat kota-kota, membentuk tentara resmi, membuat undang-undang perpajakan, membuat sekertariat, menentukan gaji tetap, menempatkan para hakim, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan seperti as-Sawad, Ahwaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia dan lain sebagainya.

Pada masanya beliau berhasil menaklukkan banyak wilayah di negeri Syam, diantaranya; Damaskus, Yordania, Baisan, Thabariyah, al-Jabiyah, Ramalah, Asqalan, Gazza, daerah pesisir. Al Quds, Ba`labak, Himsh, Qinsirin, Halab, dan Anthakiyah. Menaklukkan Mesir, Iskandariyah (Alexandria), Tripoli Barat dan Burqah. Daerah Jazirah Eufrat yang ditaklukkan adalah, Harran, ar-Raha dan ar-Raqqah, Nusaibin, Ra`s al-`Ain, Syimsyath, `Ain Wardah, perkampungan Bakr, perkampungan Rabi`ah, negeri Mosul dan wilayah-wilayah sekitarnya. Wilayah Irak dan wilayah timur yang ditaklukkannya, Qadisiyyah, Sungai Sair, Sabath, al-Mada`in, Kisra, Eufrat, Tigris, Bashrah, Ahwaz, Persia, Nahawand, Hamadzan, ar-Rai, Qumis, Khurasan, Istakhar, Ashbahan, as-Sus, Marwu, Naisaburi, Jurjan, Azerbaijan dan lain-lain. Para tentaranya telah pula menyeberangi sungai Jaihun berulang kali.

Dua kekuatan adidaya ketika itu, yaitu Persia dan Romawi takluk dalam kekuasaan Umat Islam, banyak umat lain yang masuk Islam dan mendapatkan kesejahteraan dalam naungannya, banyak kemajuan dan peningkatan hidup yang didapatkan. Meski demikian `Umar adalah seorang yang selalu sederhana dan lebih memperhatikan rakyatnya, Mu`awiyah bin Abi Sufyan pernah berkata “Abu Bakar tidak sedikitpun menginginkan dunia dan juga dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan `Umar, dunia datang menghampirinya namun dia tidak menginginkannya, sedangkan kita bergelimang dalam kenikmatan dunia.”

`Umar pernah dicela dan dikatakan kepadanya, “Alangkah baik jika engkau memakan makanan yang bergizi, tentu akan membantu dirimu supaya lebih kuat membela kebenaran”. Maka `Umar berkata, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku (Rasulullah dan Abu Bakar) dalam keadaan tegar (tidak terpengaruh dengan dunia), maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak dapat mengejar kedudukan mereka.”

`Umar bin al Khaththab terbunuh di tangan seorang Majusi bernama Abu Lu`lu-ah. Ia menikamkan sebilah pisau beracun sebanyak dua kali ke tubuh `Umar ketika mengimami shalat shubuh hari Rabu 25 Dzulhijjah 23 H. Ketika mengetahui siapa pembuhnya, `Umar berseru “Segala puji bagi Allah Swt yang tidak menjadikan pembunuhku seorang Muslim. Karena jika dia Muslim, tentu dia dapat mendebatku kelak di hadapan Allah dengan satu sujud yang pernah dilakukannya.” Diriwayatkan dari Amir asy Sya`bi dia berpendapat ketika `Umar wafat ia berusia 63 tahun, dan inilah pendapat yang masyhur.

Diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah berkata dia berkata, “Ketika Umar ditikam, beliau mengerang kesakitan, maka Abdullah bin Abbas berkata sambil menghiburnya, `Wahai Amirul Mukminin, bukankah engkau sahabat Rasulullah Saw yang selalu mengiringinya, dan engkau telah berbuat baik dalam persahabatan dengan beliau. Kemudian engkau berpisah dengannya dalam keadaan beliau rela terhadapmu. Setelah itu engkau menjadi sahabat Abu Bakar hingga engkau berpisah dengan beliau dalam keadaan beliau rela terhadapmu. Kemudian engkau bergaul dengan sahabat-sahabat mereka dengan baik, maka jika engkau meninggalkan mereka, mereka akan rela terhadapmu`. Umar berkata, `Adapun apa yang telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Rasulullah dan ridha beliau terhadap diriku, itu merupakan karunia Allah terhadapku, dan apa yang telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Abu Bakar ash Shiddiq dan keridhaannya terhadapku, itu pun merupakan karunia Allah -Yang Maha Mulia- terhadapku. Sementara yang engkau lihat tentang kekhawatiranku, itu seluruhnya disebabkan tanggung jawabku terhadapmu dan para sahabatmu. Demi Allah, andai saja aku memiliki emas sepenuh dunia, pasti akan aku tebus diriku dengannya dari azab Allah Swt sebelum aku melihat azab itu datang`.”

`Umar wafat tiga hari setelah itu, beliau dikebumikan pada Ahad di awal Muharram 24 H. Ketika Umar bin Khaththab wafat dan jenazahnya dibaringkan di atas tempat tidurnya. Ali bin Abu Thalib r.a mendoakannya, semoga Allah Swt merahmatinya, lalu berkata “Sungguh, aku sangat berharap berjumpa Allah dengan membawa amal-amal seperti engkau. Demi Allah, aku yakin Allah Swt menjadikan engkau bersama kedua teman engkau; bahkan aku sering sekali mendengar Nabi Saw bersabda “Aku pergi bersama Abu Bakar dan `Umar. Aku masuk bersama Abu Bakar dan `Umar. Aku keluar bersama Abu Bakar dan `Umar.

Sebelum wafat ia telah berwasiat agar penggantinya yang menjadi khalifah dimusyawarhkan oleh enam orang yang Rasulullah wafat dalam keadaan ridha kepada mereka, yaitu Ustman r.a , Ali r.a , Thalhah r.a, az Zubair r.a, Abdurrahman bin `Auf r.a, Sa`ad bin Abi Waqqash r.a.

`Umar adalah salah seorang yang telah dijamin masuk surga, orang terbaik kedua setelah Abu Bakar ash Shiddiq r.a. Abu Hurairah r.a bertutur “Ketika kami berada di sisi Rasulullah Saw, tiba-tiba beliau berkata “Sewaktu tidur, aku bermimpi seolah-olah aku berada di Surga. Kemudian seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, maka aku bertanya `Milik siapa istana ini?` Malaikat menjawab, `Milik Umar al Khaththab. Maka aku teringat akan kecemburuan `Umar, segera aku menjauhi istana itu. Maka `Umar menangis dan berkata `Apakah (pantas) aku cemburu padamu wahai Rasulullah?`”.(Galih)

Galih, 2 Juli 2014
Daftar Pustaka:
Al Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah. Terj. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung (Jakarta:Darul Haq, 2002)
Dr. `Ustman bin Muhammad al-Khamis, Hiqbah Minat Taariikh. Terj. Inilah Faktanya (Jakarta:Pustaka Imam Syafi`i, 2012)

Abu Bakar Ash Shiddiq, Penghulu Para Sahabat


“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya `Janganlah berduka cita, sesunggunya Allah bersama kita.” (QS. At Taubah: 40)

Aisyah, Abu Sa`id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “Abu Bakarlah yang menyertai Nabi Saw dalam gua tersebut.”

Abu Bakar ash Shiddiq r.a adalah seorang yang paling utama dan penghulu dari sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Ia seorang lelaki yang pertama kali membenarkan tentang kabar kenabian Rasulullah Saw dengan masuk Islam, dan Isra Mi`rajnya Rasulullah Saw, serta menemaninya Saw dalam hijrah ke Yastrib.

Ali bin Abu Thalib r.a menyatakan “Allah Swt menurunkan nama untuk Abu Bakar dari langit, yaitu ash Shiddiq”.

Dari tangannya lah kemudian banyak dari para senior sahabat masuk Islam seperti Ustman bin Affan, az-Zubair bin al Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa`ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah, serta dari kalangan budak yaitu Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy, Zinnirah,Nahdiyyah, kedua putrinya dan seorang budak wanita milik  Bani Mu`ammal.

Nama sebenarnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amir bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tamim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al Qurasy at-Tamimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi Saw pada kakeknya, murrah bin Ka`ab bin Lu`ai (11-13 H).

Ia adalah seorang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya (sehingga kainnya selalu melorot dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening besar, memiliki urat tangan yang tampak menonjol, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar (hinai) maupun daun pohon al-Katm, sebagaimana diungkap Aisyah ra.

Karakter akhlaknya adalah penuh dengan kebaikan, keberanian, kelembutan, murah hati, penyabar, paling mengerti, faqih, zuhud, sangat bertawakal dan yakin dengan segala janji-Nya.

Ia adalah seorang sahabat yang telah dijamin dan diberikan jalan masuk dari berbagai pintu surga. Dan beliau adalah seorang yang paling dicintai Rasulullah Saw dari kalangan sahabat laki-laki, hingga Rasulullah berkata “Andaikan saja aku dibolehkan mengambil khalil (kekasih dekat) selain Allah, pasti aku akan memilih Abu Bakar sebagai khalil, namun dia adalah saudaraku dan sahabatku.”

Demikian juga yang diakui oleh sahabat lainnya. Ibnu Umar r.a berkata, “Kami biasa (berbincang) menyatakan siapa yang paling utama diantara para sahabat di masa Rasulullah Saw, maka kami sepakat memilih Abu Bakar yang paling utama, kemudian Umar r.a, selanjutnya Ustman bin Affan r.a. Dari Muhammad bin al Hanafiyyah beliau juga berkata, “Kutanyakan kepada ayahku (Ali bin Abi Thalib r.a) siapa yang paling baik setelah Rasulullah Saw?” Beliau menjawab, “Abu Bakar!” Kemudian kutanyakan lagi, “Siapa setelahnya?” Beliau menjawab “Umar”. Dan aku takut jika beliau menyebut Ustman sesudahnya maka kukatakan, “Setelah itu pasti Anda”. Namun beliau menjawab,”Aku hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin”.

Pernah suatu ketika Utbah bin Mu`ith mendatangi Nabi Saw yang sedang sholat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar membelanya dan melepaskan ikatan tersebut sambil berkata,

“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, `Rabbku ialah Allah` padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu.”(QS. Al Mu`min: 28)

Ia juga selalu turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah Saw seperti pada perang Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, penaklukan kota Makkah, Tabuk dan pertempuran besar lainnya.

Pada hari kamis, lima hari menjelang wafat, Rasulullah Saw menyampaikan pidato yang agung yang menerangkan keutamaan Abu Bakar ash Shiddiq dibandingkan seluruh sahabat lainnya, ditambah instruksi Nabi Saw di hadapan seluruh sahabat agar Abu Bakar ditunjuk menjadi imam kaum Muslimin dalam shalat. Mungkin khutbah ini merupakan pengganti dan keinginan beliau Saw untuk berwasiat siapa yang menjadi penggantinya. Maka ketika Rasulullah Saw wafat, Abu Bakar dibai`at oleh kaum Muslimin baik dari kalangan Muhajirin dan Ansor untuk menjadi Khalifah (pengganti) Rasulullah Saw di Saqifah Bani Sa`idah.

Pada masanya kepemimpinannya ia melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah r.a ke Syam, sebagaimana yang telah dipersiapkan Rasulullah Saw sebelum wafat. Al Qur`an juga dikumpulkan dan dibukukan atas instruksi Umar r.a karena melihat banyaknya penghafal Al Qur`an gugur dalam perang Yamamah dan selanjunya meminta Zaid bin Tsabit r.a untuk menuliskannya.

Beberapa lama setelah Rasulullah Saw wafat dan digantikan oleh Khalifah Abu Bakar ash Siddiq, terdengar banyak kabar kemurtadan dari berbagai tempat di Yaman, Bahrain, Oman seperti mayoritas Bani Hanifah di Yamamah yang bergabung dengan Musailamah Kadzdzab, Bani Asad, Ghathafan maupun Thayyi` bergabung dengan Thulaihah al-Asadi yang mengaku nabi baru, sebagaimana Musailamah al Kadzdzab. Suku Kindah dan sekutunya dibawah pimpinan al Asy`ats bin Qais al Kindi. Kemudian diikuti oleh suku Mudzhij dan sekutunya dibawah pimpinan al Aswad bin Ka`ab al Ansi yang seorang dukun. suku Rabi`ah di bawah pimpinan al Ma`rur bin Nu`man bin al Mundzir.

Demikian pula terjadi segolongan yang enggan membayar zakat. Hal ini menjadi perbincangan diantara sahabat, ada yang mensarankan agar membiarkan dan tidak memeranginya dahulu, melainkan mengambil hati mereka sampai keimanannya kokoh. Namun Abu Bakar dengan tegas menolak “Demi Allah, andai saja mereka enggan untuk menyerahkan seekor kambing betina –dan dalam satu riwayat- “seutas tali” – yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah Saw pastilah akan kuperangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah, aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara kewajiban shalat dan zakat!”.

Abu Bakar adalah seorang terdepan dengan keyakinannya terhadap pertolongan dan janji Allah, dalam pandangannya seorang yang lemah menjadi kuat dan seorang yang kuat menjadi lemah, tegas dan konsisten dalam kebenaran.

Aisyah r.a menuturkan “Ketika Rasulullah Saw wafat muncullah kemunafikan di berbagai wilayah, sebagian orang Arab murtad, serta orang-orang Yahudi dan Nasrani mengangkat pemimpin mereka. Kaum Muslimin ketika itu laksana kambing yang kehujanan di malam hari pada musim dingin karena kehilangan Nabi Saw, sampai Allah Swt menyatukan mereka dengan Kekhalifahan Abu Bakar. Dalam mengemban amanah tersebut, ayahku ditimpa berbagai kesulitan yang dapat menghancurkan gunung yang kokoh andaikata kesulitan itu ditimpakan ke atasnya. Demi Allah tidaklah terjadi peselisihan di antara mereka melainkan ayahku akan memecahnya dengan kharisma pribadinya dan kapasitas ilmunya.”

Masa Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama 2 tahun 3 bulan. Telah sangat banyak memberikan stabilitas dan menumpas perlawanan terhadap Islam, sekaligus melakukan pembebasan di berbagai Negeri Irak (Persia) dan memulai penaklukan di Negeri Syam (Romawi) dengan mengutus Khalid bin Walid r.a sebagai panglima perangnya. Yang hal ini kemudian yang memberikan jalan pembuka selanjutnya pada Khulafa`Rasyidin untuk semakin memperluas wilayah kekuasaan dan syiar Islam.

Beliau wafat pada hari Senin di malam hari, ada juga yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib, malam selasa dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya pada hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H. Ketika sakit ia menuliskan wasiat agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin Khattab r.a, dan setelahnya dibacakan pada segenap kaum Muslimin dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.

Abu Bakar ash Shiddiq r.a wafat pada usia 63 tahun, persis dengan usia Nabi Saw. Akhirnya Allah Swt mengumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengumpulkan mereka dalam kehidupan.

Abu Sa`id r.a berkata, suatu ketika Rasulullah Saw pernah berkhutbah dihadapan manusia dan berkata,
Sesungguhnya Allah telah memberi seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih apa-apa yang ada di sisi-Nya, dan ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.
Maka tiba-tiba Abu Bakar pun menangis, dan para sahabat heran karena tangisannya terhadap kabar yang disampaikan Rasulullah Saw tentang seorang hamba yang diberi pilihan itu. Ternyata beliaulah hamba yang diberi pilihan tersebut, dan Abu Bakarlah satu-satunya orang yang mengetahui (akan hal itu) di antara para sahabat.

Galih, 14 Juni 2014

Daftar Pustaka:
Dirangkum dari Al Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah. Terj. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung (Jakarta:Darul Haq)

Guru dan Cinta


Setiap insan akan menjadi seorang guru. Guru bagi masyarakatnya, guru bagi keluarganya dan guru bagi dirinya sendiri. Bagaimana cara kita menjadi seorang guru yang baik, yaitu menjadi guru yang dapat memberikan kecintaan, sehingga akan dirindukan dan dipanuti? Pertama adalah dengan pengenalan dan kecintaan seorang guru tersebut terhadap Tuhannya (Allah), sehingga seorang guru itu pun akan melakukan dan memberikan apa yang juga dicintai dan disenangi Tuhannya kepada murid-muridnya (masyarakat, keluarga dan dirinya).

Pendidikan tidak akan berjalan dengan berhasil tanpa dilandasi dengan kecintaan, dan kecintaanlah yang melandasi keberhasilan seorang guru mendidik murid-muridnya. Kecintaan yang akan mendorong guru untuk berbuat sepenuh hati, sebesar diri dan tanpa mengharap pamrih lebih. Keberhasilannya adalah nilai tinggi yang tidak dapat diukur oleh materi.

Karena sebab dan hakikat kecintaan dan kebaikan sesungguhnya itu adalah dari Allah, maka belumlah sempurna bagi seseorang untuk menggurui (memberikan pendidikan), tanpa dasar kecintaannya karena Allah, sebagai bukti kecintaan tertinggi dan pasti.

“Tiap-tiap surat Al Qur`an senantiasa dimulai dengan “Bismillahirrahmaanirrahiim”, kecuali satu surat, yaitu Surat at Taubat. Di sana tersebut sifat Tuhan Rahman dan Rahim. Maha Kasih dan Maha Sayang. Kasih dan Sayang adalah akibat dari cinta.

Nyatalah sudah bahwa yang lebih dahulu cinta kepada hambaNya ialah Tuhan. Maka yang akan lebih dahulu ditanamkan dalam hatinya seorang hamba ialah menyambut cinta Tuhan itu dengan cinta pula. Apabila cinta telah mendalam, tidak ada lagi kehendak kecintaan yang berat dipikul. Apakah cinta telah terpadu, maka di antara yang mencintai dengan yang dicintai samalah kesukaannnya dan sama pula yang tidak disukainya.

Maka pokok yang utama dari tugas seorang guru ialah menanamkan dan menyuburkan rasa cinta itu dalam hati murid-murid.
Tetapi hendaklah guru itu menanyai dirinya lebih dahulu apakah dia sudah mempunyai rasa cinta itu pula kepada Tuhannya? Sebab orang yang tidak mengenal dan merasai cinta, tidaklah dapat mengarang percintaan.” (Buya Hamka, Lembaga Budi, 1985)

(9 Dzulhijjah 1436 H/ 23 September 2015)

Sep 18, 2015

Raut Wajah Syi`ah


 
Sepeninggal Rasulullah Salallahu `alihi wasallam danberlangsung pada masa sahabat radiallahu anhum, umat Islam dihadapkan dengan munculnyaaliran-aliran yang

melakukan perlawanan dan pendangkalan terhadap Islam. Baik yang secara terang berlawanan dengan Islam, seperti munculnyanabi-nabi palsu dengan para pengikutnya yang

akhirnya dapat ditumpas, hingga sekelompok orang yang mengaku diri Muslim namun berseberangan dengan pemahaman mayoritaspara sahabat, yang tidak lain juga dipengaruhi

oleh musuh-musuh Islam.Mengingat kegemilangan dan perkembangan Islam yang begitu pesat melalui tangan Rasulullah Salallahu `alihi wasallamdan para sahabat

setelahnya,sebagai pemimpin dan generasi terbaik, yangsangat militan dalam menegakkan panji-panji Islam dan membebaskan berbagai negeri, khususnya dua kekuatan adidaya

ketika itu,Romawi dan Persia.

    Salah satu fitnah besar yang saat itu terjadi, adalah munculnya aliran Syi`ah yang dipengaruhi oleh pemikiran Abdullah bin Saba`.Ia diketahui sebagai seorang

Yahudi yang masuk Islam pada masa khalifah Utsman bin Affan ra. Meskipun dikalangan sebagian tokoh Syi`ah, Abdullah bin Saba` dianggap fiktif. Namun sebagian lagi

mengakuinya, dan seluruh sejarawan dan mutakallimun Ahlusunnah wal jamaah mengakui adanya tokoh tersebut.

    Abdullah bin Saba` atau juga populer dengan Ibnu Sauda`, merupakan seorang Rabi Yahudi dari Shan`a Yaman, yang berpura-pura masuk Islam sekitar tahun 30 H.

Hidup dengan berpindah-pindah dari Hijaz, ke Bashra, ke Kuffah, lalu ke Syam. Ia dikenal sebagai provokator ulung, yangmembuat fitnah dan propaganda tentang

persengketaan para sahabat dengan ahlul bait (keluarga dan keturunan Rasulullah Saw), khususnya pada orang-orang dan daerah tertentu yang masih lemah dan awam

keislamannya. Menyatakan bahwa Abu Bakar ra, Umar ra dan Utsman ra, merampas kepemimpinan yang menurut kalangan Syi`ah menjadi hak Ali bin Abi Thalib ra dan penerusnya

(anak-cucunya), hingga pada tahap ekstrim menyatakan bahwa Ali adalah Tuhan, yang ketika itu membuat Ali bin Abi Thalib rasangat marah dan hampir mengeksekusinya,

namun diasingkan atas nasehat Abdullah bin Abbas ra. Tidak sampai berakhir disitu, Abdullah bin Saba`  justru meningkatkan intensitas gerakannya dan merekrut lebih

banyak pengikut, dengan berkolaborasi bersamaorang-orang Majusi yang memiliki dendam dan kebencian besar terhadap umat Islam yang telah meruntuhkan Imperium Persia, di

dalam pengasingannyaketika di Mada`in, yang merupakan bagian dari wilayah Iran saat ini. Berbagai konspirasidilakukan untuk menyebarkan pemahamannya, hingga

terpecahnya perang Jamal dan perang Shiffin, yang tidak lepas dari makar mereka.

    Dua hal pokok inilah yang menjadi propaganda utama Abdullah bin saba`, yaitu mengangkat teologi tasyayyu` (Mencintai Ahlu bait secara berlebihan) dan menolak

atau memusuhi sejumlah besar sahabat Rasulullah Saw dari pengikut kebenaran. Dengan mengatakan bahwa semua sahabat murtad pasca wafatnya Nabi, kecuali Miqdad bin

Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi.

    “Syi`ah” secara etimologi atau asal kata,memiliki arti pengikut atau pendukung. Istilah ini pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib ra tidak bermasalah atau

tidak dikenal sebagai nama golongan dengan teologi atau aqidah tertentu. Ketika itu kelompok yang menamakan diri “Syi`atu Ali” atau pendukung Ali, merupakan orang-

orang yang sangat mencintai sahabat dan istri-istri nabi, dan beraqidah sesuai dengan ajaran Nabi Saw. Pun demikian yang menjadi pendukung Ustman bin Affan radisebut

“Utsmani”.Syi`ah dahulu yang ikut serta di barisan khalifah Ali bin Abi Thalib ra atau mereka yang hidup zaman itu sepakat mengutamakan Abu Bakar dan Umar, dan hanya

berselisih tentang mana yang lebih utama antara Ali dan Utsman. Adapun Syi`ah yang lebih dikenal setelahnya, sekitar tahun 120 H hingga saat ini,dengan teologi

tersendiri, merupakan kelanjutan para pengikut Abdullah bin Saba` atau Saba`iyyah yang memiliki pemahaman ekstrim dalam aqidahnya.

    Syi`ah yang dikenal sebagai sekte, bukan dalam pengertian “pendukung”, lebih tepat disandingkan dengan istilah Rafidhah, yang berarti “menolak”. Sebagaimana

menurut Imam Ahmad bin Hambal, ungkapan “Rafidhah” merujuk pada tindakan orang-orang yang berlepas diri dari para sahabat Nabi Saw, serta orang-orang yang mencaci dan

merendahkan mereka. Oleh sebab itu, kelompok Syi`ah yang mengecam dan mencaci-maki Abu Bakar ra dan Umar ra, oleh para ulama Ahlusunnah wal Jamaah (Sunni), disebut

dengan istilah Rafidhah.

    Imam Abu Hasan al Asy`ari mengatakanistilah ini pertama kali disebutkan oleh Zaid bin Ali bin al Husein (79-122 H), cicit Ali bin Abi Thalib kepada kelompok

Syi`ah.Sewaktu Zaid bin Ali bin al Husein di Kuffah, di tengah pengikutnya yang setia dan telah membaiatnya, ada sekelompok orang yang menjelek-jelekkan Abu Bakar dan

Umar, ia kemudian menyalahkan orang yang mencaci-maki itu, sehingga para pembaiat tersebut memisahkan diri darinya. Lantas beliau mengatakan kepada mereka

“Rafadhtumuni”, kalian telah meninggalkanku”

    Syi`ah Rafidhah inilah yang tepat disebutkan sebagai penerus Saba`iyyah. Termasuk Syi`ah Rafidhah saat ini adalah Syi`ah Itsna Asyariyah yang mempercayai 12

imam, atau Syi`ah Imamiyah, Syi`ah Nushairiyyah, dan Syi`ah-syi`ah lainyang menolak atau mencela para sahabat.

    Syi`ah bergulir dari konflik politik menjadi teologi, yang hingga saat ini terusmengalamiperubahan dan perkembangan. Segala konsepnya tidak lepas dari

pemahaman Imamah yang mutlak, dan teologi Imamah tidak lepas dari politik. Menjadi salah satu rukun iman, yang meskipun berada pada urutan kesekian, namun selalu

dinomor satukan. Segala amal dan keyakinannya, tidak boleh lepas dan melebihi dari Imamah.Ukuran ketauhidan dinilai dengan keyakinannya terhadap para Imam, dan

penafikkan terhadap kekhalifahan selain daripadanya. Siapa yang tidak mengakui keimaman Ali bin Abi Thalib ra beserta keturunannya, maka ia dianggap kafir. Membangun

kekuasaan politik dengan model imamah menjadi konsekuensi dan kemutlakan untuk menyokong aqidahnya dan meneguhkan kedudukan para Imam.

Imamah menjadi pondasi dan cara pandang utama Syi`ah. Seluruh ajaran Syi`ah selalu terkait dengan imamah. Keyakinan dan ketaatan kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw,

tidak diterima dan belum cukup, tanpa disertai keyakinan pada Imam. Artinya konsep Tauhid kepada Allah itu tidak dapat berdiri sendiri, kecuali ditopang dengan

kepercayaan pada para Imam.Para Imam merupakan pemimpin yang sudah ditetapkan dan ma`sum (bebas dari kesalahan) bagi Syi`ah. Hingga memilikiposisi yang lebih tinggi

dari nabi, malaikat dan Allah sekalipun.
   
    Dalam ranah aqidah hingga fiqihnya, Syi`ah memiliki perbedaan yang sangat banyak,untuk dapat dibandingkan jauh dengan Ahlusunnah wal Jamaah, yangmana ajaran

Syi`ah ini terbentuk dari hasil persilangan agama Yahudi, Majusi, Nasrani dan Islam.

Tabel Penyimpangan Syi`ah dari Ajaran Ahlusunnah


Perihal
   

A. Rukun Islam

Sunni   

1.  Syahadatain

2.  Shalat

3.  Puasa

4.  Zakat

5.  Haji

Syi`ah   

1.  Shalat

2.  Shaum

3.  Zakat

4.  Haji

5.  Wilayah
   

B Rukun Iman

Sunni   

1.  Iman kepada Allah

2.  Iman kepada Malaikat-Nya

3.  Iman kepada kitab-kitab-Nya

4.  Iman kepada Rasul-Nya

5.  Iman kepada hari akhir

6.  Iman kepada Qadha dan Qadar
   
Syi`ah

1.  Tauhid

2.  Nubuwwah

3.  Imamah

4.  Al `Adl (Keadilan)

5.  Al Ma`ad


C. Syahadat
   
Sunni

Dua kalimat syahadat
   
Syi`ah

Tiga kalimat sahadat
   

D. Imam
   
Sunni

Percaya kepada imam-imam bukan rukun iman (imam tidak terbatas dan tidak ditentukan dengan pasti)
   
Syi`ah

Percaya kepada dua belas imam-imam, termasuk rukun iman
   

E. Khilafah
   
Sunni

Khulafa` Rasyidin adalah Khulafa` yang sah
   
Syi`ah

Khulafa` Rasyidin selain Sayyidina Ali tidak sah.
   

F. Ma`shum (bebas dari kesalahan)
   
Sunni

Khalifah (imam) tidak ma`sum
   
Syi`ah

Para Imam adalah ma`sum
   
Sunni

Sahabat
Dilarang mencaci setiap sahabat
   
Syi`ah

Mencaci para sahabat dan menganggap para sahabat banyak yang murtad
   

G. Istri Rasul

Sunni   

1.  Sayyidah `Aisyah sangat dihormati

2.  Para istri Rasul termasuk Ahlul Bait
   
Syi`ah

1.  Sayyidah `Aisyah dicaci-maki

2.  Para istri Rasul bukan Ahlul Bait
   

H. Al Qur`an
   
Sunni

Tetap orisinil
   
Syi`ah

Sudah diubah oleh para sahabat
   

I. Hadist
   
Sunni

1.  Shahih Bukhari

2.  Shahih Muslim

3.  Sunan Abu Daud

4.  Sunan At Turmudzi

5.  Sunan Ibnu Majah

6.  Sunan An Nasa`i

Syi`ah   

1.  Al Kaafi

2.  Al Istibshor

3.  Man Laa Yahdhuruhu Al Faqih

4.  At Tahdzib
   

J. Surga dan Neraka
   
Sunni

Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan neraka bagi yang tidak taat

Syi`ah   

Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, dan neraka bagi yang memusuhinya


K. Imam Mahdi
   
Sunni

Imam Mahdi adalah sosok yang akan membawa keadilan dan kedamaian
   
Syi`ah

Imam Mahdi kelak akan membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah, serta Ahlul Bait yang lain. Selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga

orang itu akan disiksa.

(Sumber: Buku Panduan MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi`ah di Indonesia)


    Syi`ah sangat menyimpang dan bertentangan dari Islam, sedangkan Ahlusunnah wal Jamaah(Pengikut Al Qur`an dan Sunnah) merupakan Islam itu sendiri, yang telah

mendapat jaminan dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw dan para sahabat.

    Oleh sebab itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur memfatwakan kesesatan Syi`ah dan menyatakan bahwa Syi`ah bukan Islam, melalui surat Fatwa MUI Nomor

01/SKF- MUI/JTM/I/2012, yang dikuatkan dengan hadirnya Buku Panduan MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi`ah di Indonesia oleh Tim Penulis MUI Pusat

tahun 2013. Dan didukung dengan keluarnya Peraturan Gubernur Jawa Timur No.55 Tahun 2012 tentang Pembinaan Kegiataan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa

Timur, pasca terjadinya kasus Syi`ah di Sampang Madura, dan perkembangan Syi`ah yang terjadi seperti di Jember, Bondowoso, Malang dan lainnya, yang salah satunya telah

memakan korban. Beberapa negeri-negeri Islam lainnya justru lebih tegas, dengan melarang masuk dan menyebarnya ajaran Syi`ah, seperti di Malaysia dan Sudan.

    Sebelumnya,Departemen Agama RI (Sekarang Kementrian Agama RI) pada tanggal 5 Desember 1983 juga telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: D/BA.01/4865/1983,

tentang “Hal Ihwal Mengenai Golongan Syi`ah”. Dalam surat itu dinyatakan bahwa ajaran Syi`ah tidak sesuai bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Disusul kemudian

pada 4 Jumadil Akhir 1404 H/ 7 Maret 1984 M dalam Rakernas Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, merekomendasikan perlunya umat Islam bangsa Indonesia, waspada terhadap

menyusupnya paham Syi`ah yang memiliki perbedaan-perbedaan pokok dengan ajaran Islam Ahlusunnah. Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) juga telah mengeluarkan surat

resmi Nomor: 724/A.II.03/10/1997, 12 Rabiul Akhir 1418 H/ 14 Oktober 1997 M, yang mengingatkan perlunya umat Islam bangsa Indonesia mengetahui perbedaan prinsipil

ajaran Syi`ah dengan Islam.

Ulama-ulama yang banyak memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia,seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asya`ri (Pendiri NU), Prof. Dr. Hamka    

(Tokoh Besar Muhammadiyah), Dr. Muhammad Natsir (Perdana Mentri RI tahun 1950, Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) dan KH. Hasan Basri (Ketua MUI 1985-1998),

juga telah memfatwakan tentang kesesatan, penyimpangan dan kewaspadaan terhadap Syi`ah.

    Demikian halnya para ulama-ulama salaf (terdahulu), yang memiliki otoritas lebih tinggi dan diikuti mayoritas umat Islam Ahlusunnah wal jamaah hingga kini,

bersepakat tentang penyimpangan dan kesesatan Syi`ah Rafidhah. Imam Ibnu Katsir, Imam Qurtubi, Imam Bukhari, Imam al Ghazali, Abdul Qadir Al Baghdadi, Imam Asy

Syaukani, Ibnu Hazm, Ibnu Jauzi, Ibnu Taimiyyah serta para Imam madzhab (Imam Malik bin Anas, Imam Asy Syafi`i, Imam Ahmad bin Hambal), mengatakan bahwa golongan

Syi`ah Rafidhah yang membenci sahabat Nabi Saw dan mengatakan bahwa Al Qur`an telah dikurangi, adalah kafir dan membatalkan syariatnya. Melarang umat Islam sholat

dibelakang Syi`ah Rafidhah, tidak boleh memberi salam pada mereka, tidak boleh menjadikan mereka sebagai saksi, tidak boleh menikah dengan mereka, tidak memakan hewan

hasil sembelihan mereka, dan lainnya.

    Para ulama tentunya telah mengkaji dan menentukan hal ini dengan sangat matang dan mendalam, sebagai kemudahan dan pengamanan bagi umat Islam, agar tidak salah

jalan dan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Sebagaimana pelajaran dari sejarah panjang Syi`ahyang dipenuhi dengan pengkhianatan dan kekejaman yang

menumpahkan banyak darah, harta, jiwa dan penderitaan bagi Ahlusunnah. Disebabkan penyimpangan, dendam dan kebencian mereka terhadap umat Islam, yang mayoritas hingga

kini terus memuliakan dan mengikuti para sahabat, serta tidak hanya membatasi diri pada ahlul bait, sesuai dengan perintah Rasulullah Saw.(Galih)

Sejarah Pengkhianatan Syi`ah Terhadap Ahlusunnah   

Bentuk Pengkhianatan

   
1. Pada masa Khulafaur Rasyidin, 11-40 H/ 632-661 M.

Pembunuhan Khalifah ke-2 Islam, Umar bin Khattab ra, tahun 23 H/ 644 M. Pelakunya adalah Abu Lu`luah al Majusi yang dijuluki “Babul Syuja`uddin (Bapak pembela agama)

oleh kaum Syi`ah Rafidhah, yang makam simboliknya dihormati dan tempat berkumpulnya Syi`ah radikal untuk berdoa di Iran


2. Pembunuhan Khalifah ke-3 Islam, Utsman bin Affan ra, tahun 35 H/ 656 H.

Pelakunya adalah Abdullah bin Saba` memprovokasi dan menggalang kekuatan untuk melawan khalifah ketiga, hingga Utsman terbunuh oleh para pemberontak akibat fitnah yang

dilancarkannya Orang-orang


3. Syi`ah lari dari medan perang meninggalkan khalifah ke-4 Islam, Ali bin Abi Thali ra yang akan menyerang Syam, tahun 40 H/ 661 M.

Pelakunya adalah Penduduk Iraq terutama Kuffah dan Bashrah
   

4. Pada masa Bani Umaiyyah 40-132 H/ 661-750 M
   
Pembunuhan terhadap Husein bin Ali bin Abi Thalib 61 H. Pembunuhnya adalah orang Syi`ah sendiri, yaitu Sinan bin Anas An Nakha`i dan Syamr bin Dzill Jusyan yang

dipimpin oleh `Ubaidillah bin Ziyad


5. Abbasiyyah 132-656 H/ 750-1257 M
   
Merobohkan penjara yang dihuni 500 narapidana, tahun 170-193 H. Pelakunya adalah Mentri Syi`ah yang bernama Ali bin Yatqin pada masa Harun Ar Rasyid


Pengkhianatan Dinasti Fatimiyyah bekerjasama dengan tentara salib untuk membantai umat Islam ahlusunnah, dan memaksakan Syi`ah pada penduduknya

6. 301-567 H, Daulah Fatimiyyah yang Syi`ah

Penyerangan kota Mekkah oleh orang-orang Qaramitah, membunuh puluhan ribu jamaah Haji dan mencuri Hajar Aswad, yang selama 20 tahun baru kembali (336 H), tahun 317 H.

Pelakunya Abu Thahir ar Rafidhi al Qurmuthi.

7. Pengkhianatan mentri Syi`ah dalam menghancurkan Baghdad (pusat pemerintahan Islam Abbasiyyah), bekerjasama dengan pasukan Tartar.

Ratusan ribu kaum Muslimin terbunuh, dari tua, muda, laki-laki dan wanita. Tahun 656 H, pelakunya adalah Muhammad bin Qami dan Nashiruddin Ath Thursi
   

8. Iran 1399 H/ 1979 M
   
Pengkhianatan Khomeini, memimpin Iran selama 10 tahun dengan api dan besi, menggantung oposisinya 150.000 orang, mengusir 3 juta orang. Tahun 1399 H/ 1979 M, pelakunya

Khomeini memimpin negara Syi`ah Iran


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons