Sep 25, 2015

Utsman bin Affan, Pemimpin yang Mendapat Petunjuk


Setelah `Utsman datang meminta izin untuk hajat, Aisyah diminta untuk mengambil selimutnya, lalu Aisyah r.a berkata “Ya Rasululullah, aku melihat engkau menyambut Abu Bakar dan Umar tidak seperti sambutanmu terhadap `Utsman? Rasulullah bersabda “Sesungguhnya `Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam posisi seperti itu, ia tidak jadi menungkapkan keperluannya.”

Laits berkata, `Sekelompok orang berkata, `Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda kepada Aisyah, “Tidaklah aku merasa malu kepada orang yang para malaikat pun malu terhadap dirinya?

Ia adalah `Utsman bin Affan r.a. Nama lengkapnya `Ustman bin Affan bin Abi al-`Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`addu bin `Adnan.

`Utsman diberi julukan Dzun Nurain (yang memiliki dua cahaya) karena ia menikah dengan dua putri Rasulullah Saw. Nama kunyah beliau adalah Abu Amr dan Abu Abdullah, dan ia adalah seorang yang telah berhijrah dua kali.

Ia adalah salah seorang yang dijamin masuk surga dan  kandidat anggota syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah, yang akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, beliau berkata, “Pada zaman Rasulullah Saw, kami tidak menyamakan Abu Bakar dengan sahabat lain kemudian Umar dan Kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu sahabat dengan sahabat yang lain.”

`Utsman bin Affan r.a adalah seorang yang rupawan, lembut, berjenggot lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulutnya bagus, kulitnya berwarna sawo matang.Beliau memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat. Mengutamakan keluarga dan kerabatnya di jalan Allah.

Rasulullah Saw bersabda“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling jujur sifat malunya adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu`adz bin Jabal, yang paling hafal tentang al Qur`an adalah Ubay dan yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang kepercayaan dan orang kepercayaan umatku adalah Abu `Ubaidah bin Jarrah.”

`Ustman bin Affan r.a masuk Islam di awal melalui Abu Bakar ash Shiddiq r.a. Beliau yang pertama berhijrah ke Ethiopia bersama istrinya Ruqayyah binti Rasulullah Saw, kemudian kembali ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Ketika perang Badar terjadi, beliau tidak bisa ikut karena sibuk mengurusi istri beliau (putri Rasulullah Saw) ketika di Madinah, namun Rasulullah Saw memberikan beliau bagian dari harta rampasan perang dan pahala berperang, dengan menganggap beliau ikut berperang. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah Saw menikahkannya dengan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau.

Utsman bin Affan ikut serta dalam perang Uhud, Khandaq, Perjanjian Hudaibiyah, perang Khaibar, Tabuk. Ia banyak membelanjakan hartanya untuk perlengkapan jihad di jalan Allah. Ketika Ia datang membawa 1.000 dinar dan meletakkannya di pangkuan Rasulullah Saw, Rasulullah bersabda “Tidak ada dosa bagi Utsman atas apa yang ia lakukan setelah hari ini.”

Rasulullah Saw wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar bin Khaththab dengan baik, Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Ustman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri  adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya.

`Utsman merupakan Khulafa` Rasyidin ketiga dan salah seorang pemimpin yang mendapat petunjuk. Murrah bin Ka`ab ia berkata “Aku mendengar Rasulullah Saw menyebut berbagai fitnah, lalu menggambarkan bahwa fitnah-fitnah tersebut begitu dekat masanya. Kemudian seseorang dengan wajah tertutup kain lewat. Rasulullah Saw bersabda tentang orang ini, “Saat fitnah itu terjadi, orang ini berada di atas petunjuk.” Murrah bin Ka`ab melanjutkan, “Lantas aku berdiri dan berjalan menuju ke arah orang itu. Rupanya dia adalah `Utsman.”

Dari Aisyah r.a, ia berkata bahwasannya Rasulullah Saw bersabda, “Wahai `Utsman, jika suatu hari nanti Allah Swt mengaruniakanmu perkara ini (jabatan khalifah), kemudian orang-orang munafik ingin melepaskan baju (kekhalifah) yang Allah Swt telah pakaikan kepadamu, maka janganlah engkau lepaskan baju itu.

`Ustman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar bin Khaththab. Pemerintahannya berlangsung sekitar 12 tahun kurang 12 hari (11 tahun 11 bulan dan 17 hari). Ia dibai`at pada awal bulan Muharram 24 H dan terbunuh pada tanggal 18 Dzuhijjah 35 H. Iamelakukan perluasan Masjid Nabawi, membentuk armada laut pertama dan melakukan kodifikasi al Qur`an untuk kedua kalinya.

Terjadi perluasan wilayah yang pesat dan terbesar pada masanya dariKhulafaur Rasyidin. Muawiyyah r.a menyerang Siprus atas izin `Utsman, ketika dulu `Umar r.a melarang ekspedisi militer melalui laut. Hingga terjadi pembebasan wilayah-wilayah Timur dan Afrika seperti Azerbaijan, Armenia, Kabul, Sijistan, dan banyak lagi lainnya. Pada masa kekhalifahannya pula terjadi perang besar Dzatush Shawari dengan pasukan Romawi. Dan kesejahteraan menaungi umat Islam pada masa itu karena aktivitas jihad terjadi besar-besaran, Hasan al Basri berkata “Hampir setiap hari orang-orang ketika itu berbagi harta benda. Sampai-sampai ada yang memanggil-manggil, `Kesinilah, wahai para hamba Allah, ambil madu bagianmu! Ke sinilah wahai para hamba Allah! Ambil harta benda bagianmu.”

Pada tahun 34 H mulai muncul fitnah dari orang bodoh, dungu dan musuh-musuh Islam, yang berusaha memberontak kepada khalifah `Utsman. Ia kemudian menangkap mereka dan mencela perbuatan mereka, kemudian melepaskannya. Namun bukan menyesali, justru selanjutnya mereka melakukan persiapan yang lebih besar untuk melakukan pemberontakan kedua kalinya pada tahun 35 H. Khususnya yang diakui menjadi provokator utama, memotori berbagai konspirasi dan fitnah tersebut, yaitu `Abdullah bin Saba`, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Ia banyak mempengaruhi dan memanfaatkan orang Badui untuk menyebarkan kebohongan-kebohongan kepada mereka dengan mengatakan bahwa Utsman melakukan begini dan begitu. Ia dan para pengikutnya (as-Sabaiyyah) kemudian membuat surat-surat palsu yang mengatas namakan az Zubair, `Ali, Thalhah, `Aisyah dan sahabat-sahabat yang lain, dan memberikan cap stempel palsu, yang semua isinya tentang pengingkaran atas `Utsman dan mencela kebijakan pemerintahannya, sehingga banyak kemudian yang ikut tersulut.

Usia `Utsman mencapai lebih dari 80 tahun. Shalih bin Kaisan berkata, “Beliau wafat pada usia 80 tahun beberapa bulan”. Adapula yang berkata “84 tahun”. Qatadah berkata “Beliau meninggal pada usia 88 tahun, atau 90 tahun.”

Ia meninggal dalam keadaan syahid, setelah terjadi pengepungan selama lebih dari sebulan atau ada yang mengatakan 40 hari, hingga `Utsman selama itu dilarang melakukan segala sesuatu dan tidak dapat mengerjakan shalat di Masjid.

Pada hari sebelum terbunuhnya `Utsman, ketika itu `Utsman meminta agar semua orang yang ada di dalam rumah beliau, yang bermaksud melakukan pembelaan untuk beliau kembali ke rumah masing-masing, maka mereka pun pergi, dan `Utsman menyerahkan semua urusannya kepada Allah, dan meminta agar mereka menyarungkan pedangnya. Disaat tidak ada lagi orang yang bersama beliau kecuali keluarganya, para pemberontak masuk ke dalam rumah melalui pintu gerbang dan meloncati tembok, sementara itu `Utsman sedang mengerjakan shalat dan membaca al Qur`an pada ayat (QS. Al Imran:173), hingga akhirnya terbunuh.

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan `Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka`, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab `Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah sebaik-baik Pelindung.” (QS Ali Imran: 173).

Abu Ja`far ar Razi berkata “Dari Ayyub Sikhtiani, dari Nafi`, dari Ibnu Umar bahwa `Utsman berbicara dihadapan khalayak, `Aku melihat Nabi Saw di dalam mimpi, beliau bersabda “Ya Ustman berbukalah bersama kami”. Maka pada pagi harinya beliau berpuasa lalu terbunuh pada har itu juga. Dalam riwayat lain dari Saif bin Umar, ketika ia diminta keluar dan duduk di beranda depan sehingga masyarakat dapat melihat dan membela beliau, `Ustman tertawa lalu berkata “Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku bertemu dengan Nabi Saw dan di samping beliau ada Abu Bakar dan Umar, lalu beliau bersabda “Kembalilah karena besok engkau akan berbuka bersama kami”. Kemudian `Utsman berkata “Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat.”

`Utsman bin Affan akhirnya syahid ditangan para pemberontak. Ketika Rasulullah Saw mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Ustman, lantas gunung tersebut bergetar, maka Rasullullah Saw ber sabda “Tenanglah Uhud! Tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, seorang ash Shiddiq (Abu Bakar) dan dua orang syahid (Umar dan Utsman)”.

Masa kekhalifahan `Utsman merupakan masa keemasan Khulafa Rasyidin, walaupun ada distortasi sejarah yang disebarkan para pendusta, dan tuduhan-tuduhan sesat yang dialamatkan ke pemerintahannya, bahwa ia melakukan nepotisme, menzalimi para sahabat, lari dari peperangan dan lainnya, serta melupakan sumbangsih besarnya. Padahal ketika zamannya wilayah kekuasaan Islam meluas paling pesat, serta kesejahteraan dan keamanan tercapai.

Seorang lelaki pernah bertanya kepada Abdullah bin Umar.”Wahai Ibnu Umar, aku ingin bertanya sesuatu kepada anda, maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari meninggalkan pasukan pada perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab “Benar”. Ia kembali bertanya “Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut dalam perang Badar?” Ibnu Umar menjawab “Benar”. Ia kembali bertanya “Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Bai`at ar Ridhwan?” Ibnu Umar menjawab “Benar”. Lelaki itu berkata “Allahu Akbar”. Ibnu Umar berkata, “Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang permasalahan tersebut. Adapun mengenai larinya beliau dari perang Uhud, sesungguhnya ia telah mendapat ampunan dari Allah. Kemudian tentang beliau tidak dapat ikut serta dalam perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau, yakni putri Rasulullah Saw yang sedang sakit dan Rasulullah Saw bersabda kepadanya,“Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seseorang yang ikut serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian harta rampasan perang”.

Adapun ketidak ikut sertaan beliau pada Ba`iat ar Ridhwan, kalaulah sekiranya ada seorang yang lebih terhormat di Kota Mekkah selain Utsman, tentunya Rasulullah Saw akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun Rasulullah Saw tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Bai`at ar Ridhwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, lalu Rasulullah mengisyaratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda “Ini adalah tangan Ustman”. Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda “Ini adalah bai`at untuk Utsman”. Ibnu Umar berkata kepada lelaki itu “Nah, bawalah penjelasan ini, karena sekarang engkau sudah tahu.”

Fatimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah dengan mengutus pamannya, “Salah seorang anakmu mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Ustman yang sedang dicela oleh banyak orang.” Beliau menjawab “Semoga Allah melaknat orang yang melaknat Ustman”. Demi Allah, waktu itu ia sedang duduk di sisi Rasulullah Saw, dan Rasulullah sedang menyandarkan punggungnya kepadaku, dan Jibril sedang menyampaikan wahyu al Qur`an. Beliau berkata “Tulislah wahyu tersebut ya Utsaim (Utsman).” Aisyah berkata, “Tidaklah Allah menempatkan seseorang pada kedudukan seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap Allah dan RasulNya.”
Imam Ahmad berkata, Bahz telah mengatakan kepada kami, Abu Awanah telah mengatakan kepada kami, Hushain telah mengatakan kepada kami, dari Umar bin Jawaan, dia berkata, `Berkata al Ahnaf “Kami pergi untuk menunaikan ibadah Haji dan melewati Kota Madinah. Di saat kami berada di tempat penginapan kami, datanglah seseorang berkata, `Orang-orang berkerumun di Masjid`. Maka aku dan temanku pergi ke Masjid. Ternyata di sana orang-orang sedang mengerumuni seseorang. Maka aku berusaha untuk menerobos kerumunan tersebut dan ternyata mereka adalah `Ali, Thalhah, az Zubair dan Sa`ad bin Abi Waqqash.

Tak lama kemudian datanglah `Utsman bin Affan dan bertanya, “Apakah di sana ada Ali bin Abi Thalib?” Mereka menjawab, “Ada”. Beliau bertanya lagi “Apakah di sana ada az Zubair?” Mereka menjawab “Ada”. Bertanya lagi “Apakah di sana ada Thalhah?” Mereka menjawab, “Ada”. Bertanya lagi “Apakah di sana  ada Sa`ad bin Abi Waqqash?” Mereka menjawab, “Ada”.

Kemudian ia berkata, `Demi Allah, yang tidak ada illah yang berhak di sembah kecuali Dia, aku bertanya kepad kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah Saw bersabda “Barangsiapa membeli tempat-tempat unta Bani Fulan, maka Allah akan mengampuninya”.  Maka aku membelinya dan aku menghadap kepada Rasulullah Saw, lalu kukatakan bahwa aku telah membelinya. Beliau bersabda, “Letakkan tambatan tersebut di Masjid kita, maka pahalanya untukmu.” Mereka menjawab “Benar”.

Ia berkata, `Demi Allah, yang tidak ada illah yang berhak di sembah kecuali Dia, aku bertanya kepad kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Siapa mau membeli sumur Romah?” Maka aku beli sumur tersebut dengan harga sekian, lalu aku menghadap Rasulullah Saw dan aku katakan, “Aku telah membeli sumur itu”. Beliau bersabda, “Jadikanlah sumur tersebut sebagai tempat kaum Muslimin mengambil air minum, maka pahalanya untukmu.” Mereka menjawab, “Benar.”

Ia berkata, `Demi Allah, yang tidak ada illah yang berhak di sembah kecuali Dia, aku bertanya kepad kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah Saw melihat wajah orang-orang pada hari Jaisyul `Usrah (Pasukanyang disiapkan untuk perang Tabuk) dan bersabda, “Barangsiapa mempersiapkan bekal (dan peralatan) mereka, maka Allah akan mengampuni dosanya.” Maka aku yang membekali mereka hingga tiada satu tali kekang dan tali pengikat pun yang tertinggal.” Mereka menjawab, “Benar”.
`Utsman berkata “Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah! Ya Allah, saksikanlah!” Kemudian beliau pergi. (Galih)

4 Oktober 2014

Sumber dirangkum dari:

Al Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah. Terj. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung (Jakarta:Darul Haq, 2002)
Dr. `Ustman bin Muhammad al-Khamis, Hiqbah Minat Taariikh. Terj. Inilah Faktanya (Jakarta:Pustaka Imam Syafi`i, 2012)

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Walgreens Printable Coupons