Kenduri Nusantara dan Launcing Buku `Islamisasi
Ilmu-ilmu Kontemporer dan Peran Universitas Islam dalam Konteks Dewesternisasi
dan Dekolonialisasi` karangan Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, dilaksanakan
pada hari selasa pukul 20.30 wib.
Sambutan pertama diberikan oleh Dr. Ending
Bahruddin selaku Rektor
Universitas Ibnu Kaldun Bogor, kemudian Dr. Adian Husaini dan Prof. Dr. Wan
Mohd Nor Wan Daud. Bagaimana peranan buku tersebut pada perguruan tinggi
sebagai puncak penyemaian dan potensi keilmuan yang berakardanberbuah pada bidang lainnya, serta sarana terbentuknya para
pemimpin muda.
Launcing
buku `Islamisasi Ilmu-ilmu Kontemporer
dan Peran Universitas Islam dalam Konteks Dewesternisasi dan Dekolonialisasi`
karangan Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, dibuka oleh Menteri
Dalam Negeri Malaysia, Dato’ Dr. Ahmad Zahid Hamidi, yang juga pernah menjabat
sebagai Menteri Pertahanan Malaysia. Juga dihadiri oleh Duta besar Malaysia
untuk Indonesia.
Dato’ Dr.
Ahmad Zahid Hamidi memberikan penjelasan panjang bagaimana tantangan reformasi
dan transformasi yang terjadi selama ini khususnya di alam Melayu
Indonesia-Malaysia. Beliau yang sudah berpengalaman panjang dan merasakan asam
manisnya kehidupan perpolitikan mengungkap akan banyaknya kaki-tangan jahil
yang berusaha memecahkan dan menghambat persatuan umat Islam, tapi beliau
meyakini akan datangnya Al-Sahwah al-Islamiah(Kebangkitan
Islam).
“Karena itu
rakyat Indonesia dan Malaysia harus bekerja keras meningkatkan kualitasnya dan
jangan sampai mau dipecah belah dan diadu-domba,” ujar Dato` Ahmad Zahid.
Ketika kita
melihat saat ini kita disekat-sekat dan di lemahkan untuk saling berkompetisi
dan menentang, yang menimbulkan kelemahan dari serangan pemikiran dan politik
Barat, hanya dengan nasionalis akan garis teritorial, “Padahal ikan saja dengan
bebas bermigrasi dari Indonesia dan Malaysia dan sebaliknya tanpa password” Begitu ungkapDato` Ahmad Zahid, dan diceletusi oleh Dr. Adian Husaini sebagai “Ukhuwah
Ikaniyah” hingga mengundang tawa hadirin. Ukhuwah Islamiyah yang seharusnya
menjadi prinsip utama kita sebagai konsekuensi dari aqidah.
Meskipun
demikian bukan berarti untuk kita mengambil sikap diam saja, hal pertama yang
bisa kita lakukan dan kita satukan saat ini ungkap Dato` Ahmad Zaid “Wahdatul fikr, wahdatul qalb dan wahdatul
`aml” yaitu menyatukan pikiran, menyatukan hati dan menyatukan usaha. Yang
demikianharus dipelopori
oleh orang-orang yang berilmu, bukan sekedar artis-artis yang lebih dijadikan
model dan populer.
Rangkaian kegiatan pada hari ketiga ini sebelumnya
sudah diimulai dengan shalat subuh berjama`ah, tazkirah dan sarapan pagi pada
pukul 04.00 wib yang diagendakan setiap harinya selama kegiatan berlangsung.
Kegiatan `Kepemimpinan Muslim Muda
Indonesia-Malaysia` yang diselenggarakan oleh Universitas Ibnu Kaldun Bogor
(UIKA) bersama Sekretariat Transformasi Serantau (STS) dan Center for Advanced Studies on Islam (CASIS) UTM Malaysia.
Pagi harinya peserta telah diberikan
tugas dalam setiap kelompoknya yang sebelumnya telah terbagi menjadi 7
kelompok, untuk melakukan penelitian dan kajian sesuai dengan tempat yang telah
dibagikan, untuk nantinya mencari informasi yang akan dipresentasikan. Yaitu
tempat kelahiran SNM Al Attas, UIKA Bogor, Gramedia, dan lainnya, mencari
hubungan antara karya dan sejarah dari pemikiran dan keilmuan tokoh-tokoh
Melayu.
Pada pukul 08.00 kelompok kami `Zaid
bin Tsabit` berkesempatan untuk mengunjungi Universitas Ibnu Khaldun (UIKA), yang
merupakan Universitas Islam tertua di Kota Bogor. UIKA Bogor dikenal, merupakan
sebuah perguruan tinggi yang banyak menghimpun, mengadobsi, dan menelurkan
berbagai pemikiran ulama dan cendikiawan Islam khususnya di alam Melayu.
Tidak jauh, sekitar 15 menit dari Hotel
Mirah dan Sri gunting tempat kami menginap, dengan mengendarai bus akhirnya
menghantarkan kami di UIKA Bogor.
Kelompok Zaid bin Tsabit melakukan
wawancara pada lingkungan masyarakat ilmiah UIKA, untuk mengetahui bagaimana
pandangan mereka tentang hubungan Indonesia-Malaysia dan kaitannya dengan
Melayu, kemudian mencari berapa banyak karya-karya pemikiran Muslim Melayu yang
terdapat di Perpustakaan UIKA Bogor.
Kali itu saya berkesempatan
mewancarai Bang Rauf, Staff Perpustakaan yangsedang menempuh S2 di UIKA, beliau
menjelaskan bahwa Melayu yang dulu kita kenal, memang telah memberikan proses
dan pengaruh budaya keislaman. Beliau mencontohkan bahwa Ibunya dapat menulis
dengan tulisan Arab tapi berbahasa Melayu / Arab pegon, Bang Rauf yang berasal
dari Tasikmalaya berujar “Ibu saya ketika mengikuti pengajian Islam, biasa
langsung menuliskannya dalam teks arab tapiberbahasa Melayu”.
Pada sore harinya, setiap kelompok
mulai mempresentasikan hasil penelitian dan observasinya, hingga menyerap banyak
pengetahuan dan perbincangan baru untuk setiap kelompok dan pesertanya.
0 komentar:
Post a Comment