Nama lengkapnya adalah `Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Adi bin
Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka`ab
bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr. Julukannya adalah al Faruq.
Ia adalah seorang lelaki yang tinggi, kepala bagian depannya botak,
mampu bekerja dengan dua tangannya (secara) seimbang, kedua matanya
hitam, berkulit kuning, ada yang mengatakan berkulit putih hingga
menjadi kemerah-merahan. Giginya putih bersih mengkilat, selalu mewarnai
janggutnya dan merapikan rambutnya dengan menggunakan inai (daun
pacar).
`Umar r.a adalah seorang yang sangat tawadhu` kepada Allah. Kehidupan
dan makanannya sangat sederhana. Beliau terkenal sangat tegas dalam
urusan agama Allah, selalu menambal bajunya dengan kulit, membawa ember
di atas kedua pundaknya, tapi bersama itu semua, beliau memiliki wibawa
yang sangat besar, selalu mengendarai keledai tanpa pelana, jarang
tertawa dan tidak pernah bergurau dengan siapa pun. Cincinnya
bertuliskan sebuah peringatan, “Cukuplah kematian menjadi peringatan
bagimu Umar”.
Umar masuk Islam ketika berusia dua puluh tujuh tahun. Beliau
mengikuti perang Badar dan seluruh peperangan yang terjadi setelahnya
bersama Rasulullah Saw. Beliau juga pernah diutus untuk berangkat
bersama sebagai tentara untuk memata-matai dan mencari informasi tentang
musuh, dan terkadang menjadi pemimpin dalam tugas ini.
Umar adalah seorang yang selalu bersungguh dalam ketaatan.
Rasulullah bersabda “Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar dan
yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar”. Abu Sa`id
al Khudri meriwayatkan, Rasulullah Saw juga bersabda “Ketika tidur aku
melihat dalam mimpi, seluruh manusia diperlihatkan padaku masing-masing
mereka mengenakan baju-baju, ada yang mengenakan baju hingga ke dadanya,
ada yang mengenakannya di bawah dada, maka diperlihatkan padaku Umar
sedang mengenakan pakaian panjang yang diseret-seretnya. Mereka
bertanya, `Dengan apa anda menakwilkannya wahai Rasulullah?` Rasulullah
menjawab, `Agamanya`.”
Ia adalah seorang yang sangat disegani dan memiliki kewibawaan
tinggi, bagi kawan maupun lawannya. Rasulullah bersabda “Wahai Ibnul
Khaththab, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah syaitan
berjalan di suatu jalan kemudian bertemu denganmu, melainkan dia akan
beralih ke jalan lain yang bukan jalanmu.”
Ibnu Mas`ud menyatakan “Kami senantiasa kuat semenjak `Umar al
Khaththab masuk Islam”. `Umar memeluk Islam pada tahun keenam sejak
diutusnya Rasulullah Saw, setelah empat puluh laki-laki dan sebelas
perempuan terlebih dahulu memeluk Islam.
Umar adalah pemimpin Islam kedua setelah Abu Bakar ash Shiddiq, ia
adalah seorang yang pertama kali digelari Amirul Mukminin, sangat
mencintai dan dicintai oleh rakyatnya. Pada masa pemerintahannya yang
berlangsung 10 tahun 5 bulan 21 malam. Abu Ma`syar berkata masa
kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari. Ibnu Jarir berkata masa
kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan dan 4 hari. Telah membawa
perkembangan pesat pada sistem dan kekuasaan Islam. Ia merupakan seorang
pemimpin yang sangat tegas dan perhatian. Umar selalu mengawasi para
gubernurnya dengan sangat ketat. Selalu bertanya dan mencari kabar
tentang mereka kepada orang-orang. `Umar mensyaratkan kepada mereka agar
tidak menaiki kereta kuda, tidak memakan makanan yang enak-enak, tidak
berpakaian yang halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat
yang membutuhkan bantuan. Ia sendiri berpatroli pada malam hari dengan
memerhatikan keamanan Madinah, ia juga mensyaratkan dirinya “Tidak halal
bagiku dari harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian. Satu untuk
dikenakan di musim dingin dan satu lagi digunakan untuk musim panas.
Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang
Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya di antara mereka.
Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin.”
Ia selalu memakai jubah yang terbuat dari kulit yang banyak
tambalannya –sementara beliau adalah khalifah-, berjalan mengelilingi
pasar sambil membawa tongkat di atas pundaknya untuk menegur orang-orang
yang melanggar peraturan. Jika beliau melewati atau lainnya yang
bermanfaat, maka ia akan memunggutnya dan melemparkannya ke halaman
rumah orang.
`Umar pernah membawa tempat air dia atas pundaknya. Sebagian orang
mengkritiknya, namun ia berkata, “Aku terlalu kagum terhadap diriku
sendiri oleh karena itu aku ingin menghinakannya.” Pada waktu paceklik
dan kelaparan, beliau tidak pernah makan kecuali roti dan minyak hingga
kulit beliau berubah menjadi hitam, ia berkata, “Akulah sejelek-jelak
penguasa apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”
Suatu malam ketika ia sedang keluar, ia menemukan musafir yang
kemalaman dan mendatanginya, ternyata di sana ada seorang wanita bersama
anak-anaknya sedang menunggu periuk yang diletakkan di atas api,
sementara anak-anaknya sedang menangis. `Umar bertanya dan wanita tadi
menjawab bahwa ia kemalaman dalam perjalanan serta kedinginan. Lalu
`Umar bertanya mengapa anak itu menangis, ia menjawab “karena lapar”dan
ia memasak air agar ia dapat menenangkan mereka hingga tertidur, dan
berkata “Dan kelak Allah yang akan menjadi hakim antara kami dengan
`Umar”.
Maka `Umar menangis dan segera berlari pulang menuju gudang tempat
penyimpanan gandum. Ia mengeluarkan sekarung gandum dengan minyak samin,
sambil berkata kepada Aslam “Wahai Aslam, naikkan karung ini ke atas
pundakku”. Aslam berkata “Biar aku saja yang membawanya untukmu”. `Umar
menjawab, “Apakah engkau bisa memikul dosaku kelak di hari kiamat?” Maka
beliau segera memikul karung tersebut di atas pundaknya hingga
mendatangi wanita itu. Lalu `Umar membantu memasakkan dan memberikannya
kepada anak-anaknya. `Umar masih bersama mereka hingga anak-anak itu
tertidur pulas dan memberikan kepada mereka nafkah.
Utusan Kisra (kaisar Persia) berkata ketika datang ke Madinah dan
melihat `Umar tidur di bawah pohon, padahal dia adalah Amirul Mukminin
“Engkau memimpin dengan adil sehingga merasa aman dan bisa tidur dengan
tenang”.
`Umar adalah yang pertama kali membuat penanggalan hijriyah,
mengumpulkan manusia untuk Shalat Tarawih berjama`ah, berkeliling di
malam hari mengontrol rakyatnya di Madinah, membawa tongkat pemukul
untuk memberi pelajaran dan menghukum yang salah, yang pertama mendera
peminum khamar 80 kali cambukan, melakukan banyak penaklukan, yang
pertama membuat kota-kota, membentuk tentara resmi, membuat
undang-undang perpajakan, membuat sekertariat, menentukan gaji tetap,
menempatkan para hakim, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan seperti
as-Sawad, Ahwaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia dan lain sebagainya.
Pada masanya beliau berhasil menaklukkan banyak wilayah di negeri
Syam, diantaranya; Damaskus, Yordania, Baisan, Thabariyah, al-Jabiyah,
Ramalah, Asqalan, Gazza, daerah pesisir. Al Quds, Ba`labak, Himsh,
Qinsirin, Halab, dan Anthakiyah. Menaklukkan Mesir, Iskandariyah
(Alexandria), Tripoli Barat dan Burqah. Daerah Jazirah Eufrat yang ditaklukkan adalah, Harran, ar-Raha dan
ar-Raqqah, Nusaibin, Ra`s al-`Ain, Syimsyath, `Ain Wardah, perkampungan
Bakr, perkampungan Rabi`ah, negeri Mosul dan wilayah-wilayah sekitarnya. Wilayah Irak dan wilayah timur yang ditaklukkannya, Qadisiyyah,
Sungai Sair, Sabath, al-Mada`in, Kisra, Eufrat, Tigris, Bashrah, Ahwaz,
Persia, Nahawand, Hamadzan, ar-Rai, Qumis, Khurasan, Istakhar, Ashbahan,
as-Sus, Marwu, Naisaburi, Jurjan, Azerbaijan dan lain-lain. Para
tentaranya telah pula menyeberangi sungai Jaihun berulang kali.
Dua kekuatan adidaya ketika itu, yaitu Persia dan Romawi takluk dalam
kekuasaan Umat Islam, banyak umat lain yang masuk Islam dan mendapatkan
kesejahteraan dalam naungannya, banyak kemajuan dan peningkatan hidup
yang didapatkan. Meski demikian `Umar adalah seorang yang selalu
sederhana dan lebih memperhatikan rakyatnya, Mu`awiyah bin Abi Sufyan
pernah berkata “Abu Bakar tidak sedikitpun menginginkan dunia dan juga
dunia juga tidak ingin datang menghampirinya. Sedangkan `Umar, dunia
datang menghampirinya namun dia tidak menginginkannya, sedangkan kita
bergelimang dalam kenikmatan dunia.”
`Umar pernah dicela dan dikatakan kepadanya, “Alangkah baik jika
engkau memakan makanan yang bergizi, tentu akan membantu dirimu supaya
lebih kuat membela kebenaran”. Maka `Umar berkata, “Sesungguhnya aku
telah meninggalkan kedua sahabatku (Rasulullah dan Abu Bakar) dalam
keadaan tegar (tidak terpengaruh dengan dunia), maka jika aku tidak
mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak dapat mengejar kedudukan
mereka.”
`Umar bin al Khaththab terbunuh di tangan seorang Majusi bernama Abu
Lu`lu-ah. Ia menikamkan sebilah pisau beracun sebanyak dua kali ke tubuh
`Umar ketika mengimami shalat shubuh hari Rabu 25 Dzulhijjah 23 H.
Ketika mengetahui siapa pembuhnya, `Umar berseru “Segala puji bagi Allah
Swt yang tidak menjadikan pembunuhku seorang Muslim. Karena jika dia
Muslim, tentu dia dapat mendebatku kelak di hadapan Allah dengan satu
sujud yang pernah dilakukannya.” Diriwayatkan dari Amir asy Sya`bi dia
berpendapat ketika `Umar wafat ia berusia 63 tahun, dan inilah pendapat
yang masyhur.
Diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah berkata dia berkata, “Ketika
Umar ditikam, beliau mengerang kesakitan, maka Abdullah bin Abbas
berkata sambil menghiburnya, `Wahai Amirul Mukminin, bukankah engkau
sahabat Rasulullah Saw yang selalu mengiringinya, dan engkau telah
berbuat baik dalam persahabatan dengan beliau. Kemudian engkau berpisah
dengannya dalam keadaan beliau rela terhadapmu. Setelah itu engkau
menjadi sahabat Abu Bakar hingga engkau berpisah dengan beliau dalam
keadaan beliau rela terhadapmu. Kemudian engkau bergaul dengan
sahabat-sahabat mereka dengan baik, maka jika engkau meninggalkan
mereka, mereka akan rela terhadapmu`. Umar berkata, `Adapun apa yang
telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Rasulullah dan
ridha beliau terhadap diriku, itu merupakan karunia Allah terhadapku,
dan apa yang telah engkau sebutkan mengenai persahabatanku dengan Abu
Bakar ash Shiddiq dan keridhaannya terhadapku, itu pun merupakan karunia
Allah -Yang Maha Mulia- terhadapku. Sementara yang engkau lihat tentang
kekhawatiranku, itu seluruhnya disebabkan tanggung jawabku terhadapmu
dan para sahabatmu. Demi Allah, andai saja aku memiliki emas sepenuh
dunia, pasti akan aku tebus diriku dengannya dari azab Allah Swt sebelum
aku melihat azab itu datang`.”
`Umar wafat tiga hari setelah itu, beliau dikebumikan pada Ahad di
awal Muharram 24 H. Ketika Umar bin Khaththab wafat dan jenazahnya
dibaringkan di atas tempat tidurnya. Ali bin Abu Thalib r.a
mendoakannya, semoga Allah Swt merahmatinya, lalu berkata “Sungguh, aku
sangat berharap berjumpa Allah dengan membawa amal-amal seperti engkau.
Demi Allah, aku yakin Allah Swt menjadikan engkau bersama kedua teman
engkau; bahkan aku sering sekali mendengar Nabi Saw bersabda “Aku pergi
bersama Abu Bakar dan `Umar. Aku masuk bersama Abu Bakar dan `Umar. Aku
keluar bersama Abu Bakar dan `Umar.
Sebelum wafat ia telah berwasiat agar penggantinya yang menjadi
khalifah dimusyawarhkan oleh enam orang yang Rasulullah wafat dalam
keadaan ridha kepada mereka, yaitu Ustman r.a , Ali r.a , Thalhah r.a,
az Zubair r.a, Abdurrahman bin `Auf r.a, Sa`ad bin Abi Waqqash r.a.
`Umar adalah salah seorang yang telah dijamin masuk surga, orang
terbaik kedua setelah Abu Bakar ash Shiddiq r.a. Abu Hurairah r.a
bertutur “Ketika kami berada di sisi Rasulullah Saw, tiba-tiba beliau
berkata “Sewaktu tidur, aku bermimpi seolah-olah aku berada di Surga.
Kemudian seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, maka aku
bertanya `Milik siapa istana ini?` Malaikat menjawab, `Milik Umar al
Khaththab. Maka aku teringat akan kecemburuan `Umar, segera aku menjauhi
istana itu. Maka `Umar menangis dan berkata `Apakah (pantas) aku
cemburu padamu wahai Rasulullah?`”.(Galih)
Galih, 2 Juli 2014
Daftar Pustaka:
Al Hafizh Ibnu Katsir, Tartib wa Tahdzib Kitab Al Bidayah Wan Nihayah. Terj. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung (Jakarta:Darul Haq, 2002)
Dr. `Ustman bin Muhammad al-Khamis, Hiqbah Minat Taariikh. Terj. Inilah Faktanya (Jakarta:Pustaka Imam Syafi`i, 2012)
0 komentar:
Post a Comment