Sains merupakan
istilah yang cukup jamak didengar dan dipelajari di setiap jenjang lingkungan
akademis. Sains sebagai sebuah proses untuk meyelidiki dan mengetahui
gejala-gejala alam sekaligus menghasilkan metodologi dan produk ilmu
pengetahuan, dinilai sebagai ukuran kemajuan suatu peradaban. Semakin tinggi
penguasaannya terhadap sains, diperkirakan bangsa tersebut yang sedang tampil
memiliki kekuasaan ilmu pengetahuan dan peradaban. Sebab sains memberikan jawaban
dan penyediaan kebutuhan dari perkembangan kehidupan.
Peradaban
Barat yang saat ini menjadi sentral sains atau ilmu pengetahuan, diakui memang
telah memberikan sumbangsih besar untuk kemudahan dan pemenuhan hajat manusia. Mereka
dapat menemukan berbagai rahasia alam yang sebelumnya belum terkuak, serta
menghasilkan produk ilmu pengetahuan. Namun di samping hal tersebut, sains
dalam peradaban Barat ini juga terbukti telah menghantarkan pada kerusakan dan ketidak
seimbangan terhadap ekosistem kehidupan, akibat dasar dan pola pikir yang salah
dalam memandang dan menafsirkan alam.
Menilik
sejarah kelahiran sains di Barat, dilatar belakangi oleh traumatik dan
pemisahan terhadap agama pada abad pertengahan. Yang akhirnya memberi dasar
pemikiran dan cara pandang Barat dalam melihat ilmu dan realitas. Sains dalam
peradaban Barat, merupakan sebuah kutub yang terpisah dari agama, yang mencoba
menafsirkan dan mengungkap kejadian alam kosong dari nilai spiritual. Cara
membaca sains yang terbatas pada empiris dan rasional, menghasilkan produk ilmu
yang sekuler- liberal. Sebab konsep alam dan kehidupan dipandang sebatas
fenomena-fenomena yang terjadi oleh sebuah hukum kausalitas yang telah baku,
kekal dan tidak terkait adanya realitas penciptaan.
Islam
sebagai agama yang kompleks dan universal, memiliki basic dan perangkat tersendiri, dalam memandang, membangun dan
mengolah alam. Alam merupakan ayat-ayat Allah yang tersirat dalam kehidupan. Sebuah
tanda besar akan keteraturan yang diciptakan oleh sang khaliq untuk manusia dapat mengambil manfaat darinya. Sedang
manusia merupakan pemeran utama atau khalifah
yang memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga dan memanfaatkannya. Tujuan
pertama sains Islam, yaitu sebagai sarana manusia menemukan rahasia besar
dibalik objek materi, bahwa alam bukanlah terjadi dengan kebetulan atau ada
dengan sendirinya. Namun ia adalah hasil sebuah penciptaan Maha Besar, yang akan
memberikan pertanyaan dan mengiring manusia pada fitrahnya pada pengenalan dan
pengakuan kepada Allah. Kedua, tujuan praktis atau lahiriah, yaitu agar manusia
dapat memahami karakter alam yang beragam, untuk dapat mempertahankan hidup dan
mengambil manfaat darinya.
Teknologi
merupakan produk dari perkembangan sains, yang dalam Islam tidak bermasalah,
atau bersifat netral untuk dapat dimanfaatkan. Namun berbeda dari sains, yang tidak
bebas nilai. Sains di dunia Barat, berangkat dari epistemologi dan metodologi yang sekuler dan materialistik, karena dirumuskan
oleh pemikiran dan pengalaman para ilmuan-ilmuan Barat. Ketika objek ilmu telah
disentuh dan didefiniskan oleh ilmuan, maka ia sudah mengandung nilai dan masuk
dalam penafsiran dan praduga ilmuan. Ilmuan Barat membuka diri dan tidak
mengenal adanya nilai mutlak dari sains. Bagi mereka setiap teori dapat
berkembang dan dihapuskan, ketika ada teori lain yang dianggap lebih kuat dan
ilmiah untuk menjelaskan.
Akar
permasalahan sains Barat, berawal dari kesalahannya memandang konsep alam dan
kehidupan. Epistemologi Barat yang tidak memberikan ruang bagi wahyu,
sebagaimana sains Islam yang bersumber dari wahyu, mengakibatkan sains Barat
hilang dari nilai kemanusiaan dan spiritual. Akibatnya hilanglah adab seorang
ilmuan dalam menafsirkan dan memperlakukan alam.
Banyak
ilmuan atau orang cerdas yang berhasil mengungkap dan mengambil manfaat dari
alam, namun tidak memperhatikan dan mementingkan kebutuhan jangka panjang serta
kebaikan rantai kehidupan (manusia, alam, hewan dan tumbuhan). Mereka secara
bebas mengeruk dan mengeksploitasi sumber daya alam untuk meraup kekayaan dan
keuntungan yang parsial. Dengan meninggalkan banyak kerusakan pada alam dan
keyakinan.
0 komentar:
Post a Comment