Sepeninggal Rasulullah Salallahu `alihi wasallam danberlangsung pada masa sahabat radiallahu anhum, umat Islam dihadapkan dengan munculnyaaliran-aliran yang
melakukan perlawanan dan pendangkalan terhadap Islam. Baik yang secara terang berlawanan dengan Islam, seperti munculnyanabi-nabi palsu dengan para pengikutnya yang
akhirnya dapat ditumpas, hingga sekelompok orang yang mengaku diri Muslim namun berseberangan dengan pemahaman mayoritaspara sahabat, yang tidak lain juga dipengaruhi
oleh musuh-musuh Islam.Mengingat kegemilangan dan perkembangan Islam yang begitu pesat melalui tangan Rasulullah Salallahu `alihi wasallamdan para sahabat
setelahnya,sebagai pemimpin dan generasi terbaik, yangsangat militan dalam menegakkan panji-panji Islam dan membebaskan berbagai negeri, khususnya dua kekuatan adidaya
ketika itu,Romawi dan Persia.
Salah satu fitnah besar yang saat itu terjadi, adalah munculnya aliran Syi`ah yang dipengaruhi oleh pemikiran Abdullah bin Saba`.Ia diketahui sebagai seorang
Yahudi yang masuk Islam pada masa khalifah Utsman bin Affan ra. Meskipun dikalangan sebagian tokoh Syi`ah, Abdullah bin Saba` dianggap fiktif. Namun sebagian lagi
mengakuinya, dan seluruh sejarawan dan mutakallimun Ahlusunnah wal jamaah mengakui adanya tokoh tersebut.
Abdullah bin Saba` atau juga populer dengan Ibnu Sauda`, merupakan seorang Rabi Yahudi dari Shan`a Yaman, yang berpura-pura masuk Islam sekitar tahun 30 H.
Hidup dengan berpindah-pindah dari Hijaz, ke Bashra, ke Kuffah, lalu ke Syam. Ia dikenal sebagai provokator ulung, yangmembuat fitnah dan propaganda tentang
persengketaan para sahabat dengan ahlul bait (keluarga dan keturunan Rasulullah Saw), khususnya pada orang-orang dan daerah tertentu yang masih lemah dan awam
keislamannya. Menyatakan bahwa Abu Bakar ra, Umar ra dan Utsman ra, merampas kepemimpinan yang menurut kalangan Syi`ah menjadi hak Ali bin Abi Thalib ra dan penerusnya
(anak-cucunya), hingga pada tahap ekstrim menyatakan bahwa Ali adalah Tuhan, yang ketika itu membuat Ali bin Abi Thalib rasangat marah dan hampir mengeksekusinya,
namun diasingkan atas nasehat Abdullah bin Abbas ra. Tidak sampai berakhir disitu, Abdullah bin Saba` justru meningkatkan intensitas gerakannya dan merekrut lebih
banyak pengikut, dengan berkolaborasi bersamaorang-orang Majusi yang memiliki dendam dan kebencian besar terhadap umat Islam yang telah meruntuhkan Imperium Persia, di
dalam pengasingannyaketika di Mada`in, yang merupakan bagian dari wilayah Iran saat ini. Berbagai konspirasidilakukan untuk menyebarkan pemahamannya, hingga
terpecahnya perang Jamal dan perang Shiffin, yang tidak lepas dari makar mereka.
Dua hal pokok inilah yang menjadi propaganda utama Abdullah bin saba`, yaitu mengangkat teologi tasyayyu` (Mencintai Ahlu bait secara berlebihan) dan menolak
atau memusuhi sejumlah besar sahabat Rasulullah Saw dari pengikut kebenaran. Dengan mengatakan bahwa semua sahabat murtad pasca wafatnya Nabi, kecuali Miqdad bin
Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi.
“Syi`ah” secara etimologi atau asal kata,memiliki arti pengikut atau pendukung. Istilah ini pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib ra tidak bermasalah atau
tidak dikenal sebagai nama golongan dengan teologi atau aqidah tertentu. Ketika itu kelompok yang menamakan diri “Syi`atu Ali” atau pendukung Ali, merupakan orang-
orang yang sangat mencintai sahabat dan istri-istri nabi, dan beraqidah sesuai dengan ajaran Nabi Saw. Pun demikian yang menjadi pendukung Ustman bin Affan radisebut
“Utsmani”.Syi`ah dahulu yang ikut serta di barisan khalifah Ali bin Abi Thalib ra atau mereka yang hidup zaman itu sepakat mengutamakan Abu Bakar dan Umar, dan hanya
berselisih tentang mana yang lebih utama antara Ali dan Utsman. Adapun Syi`ah yang lebih dikenal setelahnya, sekitar tahun 120 H hingga saat ini,dengan teologi
tersendiri, merupakan kelanjutan para pengikut Abdullah bin Saba` atau Saba`iyyah yang memiliki pemahaman ekstrim dalam aqidahnya.
Syi`ah yang dikenal sebagai sekte, bukan dalam pengertian “pendukung”, lebih tepat disandingkan dengan istilah Rafidhah, yang berarti “menolak”. Sebagaimana
menurut Imam Ahmad bin Hambal, ungkapan “Rafidhah” merujuk pada tindakan orang-orang yang berlepas diri dari para sahabat Nabi Saw, serta orang-orang yang mencaci dan
merendahkan mereka. Oleh sebab itu, kelompok Syi`ah yang mengecam dan mencaci-maki Abu Bakar ra dan Umar ra, oleh para ulama Ahlusunnah wal Jamaah (Sunni), disebut
dengan istilah Rafidhah.
Imam Abu Hasan al Asy`ari mengatakanistilah ini pertama kali disebutkan oleh Zaid bin Ali bin al Husein (79-122 H), cicit Ali bin Abi Thalib kepada kelompok
Syi`ah.Sewaktu Zaid bin Ali bin al Husein di Kuffah, di tengah pengikutnya yang setia dan telah membaiatnya, ada sekelompok orang yang menjelek-jelekkan Abu Bakar dan
Umar, ia kemudian menyalahkan orang yang mencaci-maki itu, sehingga para pembaiat tersebut memisahkan diri darinya. Lantas beliau mengatakan kepada mereka
“Rafadhtumuni”, kalian telah meninggalkanku”
Syi`ah Rafidhah inilah yang tepat disebutkan sebagai penerus Saba`iyyah. Termasuk Syi`ah Rafidhah saat ini adalah Syi`ah Itsna Asyariyah yang mempercayai 12
imam, atau Syi`ah Imamiyah, Syi`ah Nushairiyyah, dan Syi`ah-syi`ah lainyang menolak atau mencela para sahabat.
Syi`ah bergulir dari konflik politik menjadi teologi, yang hingga saat ini terusmengalamiperubahan dan perkembangan. Segala konsepnya tidak lepas dari
pemahaman Imamah yang mutlak, dan teologi Imamah tidak lepas dari politik. Menjadi salah satu rukun iman, yang meskipun berada pada urutan kesekian, namun selalu
dinomor satukan. Segala amal dan keyakinannya, tidak boleh lepas dan melebihi dari Imamah.Ukuran ketauhidan dinilai dengan keyakinannya terhadap para Imam, dan
penafikkan terhadap kekhalifahan selain daripadanya. Siapa yang tidak mengakui keimaman Ali bin Abi Thalib ra beserta keturunannya, maka ia dianggap kafir. Membangun
kekuasaan politik dengan model imamah menjadi konsekuensi dan kemutlakan untuk menyokong aqidahnya dan meneguhkan kedudukan para Imam.
Imamah menjadi pondasi dan cara pandang utama Syi`ah. Seluruh ajaran Syi`ah selalu terkait dengan imamah. Keyakinan dan ketaatan kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw,
tidak diterima dan belum cukup, tanpa disertai keyakinan pada Imam. Artinya konsep Tauhid kepada Allah itu tidak dapat berdiri sendiri, kecuali ditopang dengan
kepercayaan pada para Imam.Para Imam merupakan pemimpin yang sudah ditetapkan dan ma`sum (bebas dari kesalahan) bagi Syi`ah. Hingga memilikiposisi yang lebih tinggi
dari nabi, malaikat dan Allah sekalipun.
Dalam ranah aqidah hingga fiqihnya, Syi`ah memiliki perbedaan yang sangat banyak,untuk dapat dibandingkan jauh dengan Ahlusunnah wal Jamaah, yangmana ajaran
Syi`ah ini terbentuk dari hasil persilangan agama Yahudi, Majusi, Nasrani dan Islam.
Tabel Penyimpangan Syi`ah dari Ajaran Ahlusunnah
Perihal
A. Rukun Islam
Sunni
1. Syahadatain
2. Shalat
3. Puasa
4. Zakat
5. Haji
Syi`ah
1. Shalat
2. Shaum
3. Zakat
4. Haji
5. Wilayah
B Rukun Iman
Sunni
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-Nya
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya
4. Iman kepada Rasul-Nya
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada Qadha dan Qadar
Syi`ah
1. Tauhid
2. Nubuwwah
3. Imamah
4. Al `Adl (Keadilan)
5. Al Ma`ad
C. Syahadat
Sunni
Dua kalimat syahadat
Syi`ah
Tiga kalimat sahadat
D. Imam
Sunni
Percaya kepada imam-imam bukan rukun iman (imam tidak terbatas dan tidak ditentukan dengan pasti)
Syi`ah
Percaya kepada dua belas imam-imam, termasuk rukun iman
E. Khilafah
Sunni
Khulafa` Rasyidin adalah Khulafa` yang sah
Syi`ah
Khulafa` Rasyidin selain Sayyidina Ali tidak sah.
F. Ma`shum (bebas dari kesalahan)
Sunni
Khalifah (imam) tidak ma`sum
Syi`ah
Para Imam adalah ma`sum
Sunni
Sahabat
Dilarang mencaci setiap sahabat
Syi`ah
Mencaci para sahabat dan menganggap para sahabat banyak yang murtad
G. Istri Rasul
Sunni
1. Sayyidah `Aisyah sangat dihormati
2. Para istri Rasul termasuk Ahlul Bait
Syi`ah
1. Sayyidah `Aisyah dicaci-maki
2. Para istri Rasul bukan Ahlul Bait
H. Al Qur`an
Sunni
Tetap orisinil
Syi`ah
Sudah diubah oleh para sahabat
I. Hadist
Sunni
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abu Daud
4. Sunan At Turmudzi
5. Sunan Ibnu Majah
6. Sunan An Nasa`i
Syi`ah
1. Al Kaafi
2. Al Istibshor
3. Man Laa Yahdhuruhu Al Faqih
4. At Tahdzib
J. Surga dan Neraka
Sunni
Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan neraka bagi yang tidak taat
Syi`ah
Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, dan neraka bagi yang memusuhinya
K. Imam Mahdi
Sunni
Imam Mahdi adalah sosok yang akan membawa keadilan dan kedamaian
Syi`ah
Imam Mahdi kelak akan membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah, serta Ahlul Bait yang lain. Selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga
orang itu akan disiksa.
(Sumber: Buku Panduan MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi`ah di Indonesia)
Syi`ah sangat menyimpang dan bertentangan dari Islam, sedangkan Ahlusunnah wal Jamaah(Pengikut Al Qur`an dan Sunnah) merupakan Islam itu sendiri, yang telah
mendapat jaminan dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw dan para sahabat.
Oleh sebab itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur memfatwakan kesesatan Syi`ah dan menyatakan bahwa Syi`ah bukan Islam, melalui surat Fatwa MUI Nomor
01/SKF- MUI/JTM/I/2012, yang dikuatkan dengan hadirnya Buku Panduan MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi`ah di Indonesia oleh Tim Penulis MUI Pusat
tahun 2013. Dan didukung dengan keluarnya Peraturan Gubernur Jawa Timur No.55 Tahun 2012 tentang Pembinaan Kegiataan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa
Timur, pasca terjadinya kasus Syi`ah di Sampang Madura, dan perkembangan Syi`ah yang terjadi seperti di Jember, Bondowoso, Malang dan lainnya, yang salah satunya telah
memakan korban. Beberapa negeri-negeri Islam lainnya justru lebih tegas, dengan melarang masuk dan menyebarnya ajaran Syi`ah, seperti di Malaysia dan Sudan.
Sebelumnya,Departemen Agama RI (Sekarang Kementrian Agama RI) pada tanggal 5 Desember 1983 juga telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: D/BA.01/4865/1983,
tentang “Hal Ihwal Mengenai Golongan Syi`ah”. Dalam surat itu dinyatakan bahwa ajaran Syi`ah tidak sesuai bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Disusul kemudian
pada 4 Jumadil Akhir 1404 H/ 7 Maret 1984 M dalam Rakernas Majelis Ulama Indonesia di Jakarta, merekomendasikan perlunya umat Islam bangsa Indonesia, waspada terhadap
menyusupnya paham Syi`ah yang memiliki perbedaan-perbedaan pokok dengan ajaran Islam Ahlusunnah. Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) juga telah mengeluarkan surat
resmi Nomor: 724/A.II.03/10/1997, 12 Rabiul Akhir 1418 H/ 14 Oktober 1997 M, yang mengingatkan perlunya umat Islam bangsa Indonesia mengetahui perbedaan prinsipil
ajaran Syi`ah dengan Islam.
Ulama-ulama yang banyak memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia,seperti Hadratus Syaikh Hasyim Asya`ri (Pendiri NU), Prof. Dr. Hamka
(Tokoh Besar Muhammadiyah), Dr. Muhammad Natsir (Perdana Mentri RI tahun 1950, Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) dan KH. Hasan Basri (Ketua MUI 1985-1998),
juga telah memfatwakan tentang kesesatan, penyimpangan dan kewaspadaan terhadap Syi`ah.
Demikian halnya para ulama-ulama salaf (terdahulu), yang memiliki otoritas lebih tinggi dan diikuti mayoritas umat Islam Ahlusunnah wal jamaah hingga kini,
bersepakat tentang penyimpangan dan kesesatan Syi`ah Rafidhah. Imam Ibnu Katsir, Imam Qurtubi, Imam Bukhari, Imam al Ghazali, Abdul Qadir Al Baghdadi, Imam Asy
Syaukani, Ibnu Hazm, Ibnu Jauzi, Ibnu Taimiyyah serta para Imam madzhab (Imam Malik bin Anas, Imam Asy Syafi`i, Imam Ahmad bin Hambal), mengatakan bahwa golongan
Syi`ah Rafidhah yang membenci sahabat Nabi Saw dan mengatakan bahwa Al Qur`an telah dikurangi, adalah kafir dan membatalkan syariatnya. Melarang umat Islam sholat
dibelakang Syi`ah Rafidhah, tidak boleh memberi salam pada mereka, tidak boleh menjadikan mereka sebagai saksi, tidak boleh menikah dengan mereka, tidak memakan hewan
hasil sembelihan mereka, dan lainnya.
Para ulama tentunya telah mengkaji dan menentukan hal ini dengan sangat matang dan mendalam, sebagai kemudahan dan pengamanan bagi umat Islam, agar tidak salah
jalan dan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Sebagaimana pelajaran dari sejarah panjang Syi`ahyang dipenuhi dengan pengkhianatan dan kekejaman yang
menumpahkan banyak darah, harta, jiwa dan penderitaan bagi Ahlusunnah. Disebabkan penyimpangan, dendam dan kebencian mereka terhadap umat Islam, yang mayoritas hingga
kini terus memuliakan dan mengikuti para sahabat, serta tidak hanya membatasi diri pada ahlul bait, sesuai dengan perintah Rasulullah Saw.(Galih)
Sejarah Pengkhianatan Syi`ah Terhadap Ahlusunnah
Bentuk Pengkhianatan
1. Pada masa Khulafaur Rasyidin, 11-40 H/ 632-661 M.
Pembunuhan Khalifah ke-2 Islam, Umar bin Khattab ra, tahun 23 H/ 644 M. Pelakunya adalah Abu Lu`luah al Majusi yang dijuluki “Babul Syuja`uddin (Bapak pembela agama)
oleh kaum Syi`ah Rafidhah, yang makam simboliknya dihormati dan tempat berkumpulnya Syi`ah radikal untuk berdoa di Iran
2. Pembunuhan Khalifah ke-3 Islam, Utsman bin Affan ra, tahun 35 H/ 656 H.
Pelakunya adalah Abdullah bin Saba` memprovokasi dan menggalang kekuatan untuk melawan khalifah ketiga, hingga Utsman terbunuh oleh para pemberontak akibat fitnah yang
dilancarkannya Orang-orang
3. Syi`ah lari dari medan perang meninggalkan khalifah ke-4 Islam, Ali bin Abi Thali ra yang akan menyerang Syam, tahun 40 H/ 661 M.
Pelakunya adalah Penduduk Iraq terutama Kuffah dan Bashrah
4. Pada masa Bani Umaiyyah 40-132 H/ 661-750 M
Pembunuhan terhadap Husein bin Ali bin Abi Thalib 61 H. Pembunuhnya adalah orang Syi`ah sendiri, yaitu Sinan bin Anas An Nakha`i dan Syamr bin Dzill Jusyan yang
dipimpin oleh `Ubaidillah bin Ziyad
5. Abbasiyyah 132-656 H/ 750-1257 M
Merobohkan penjara yang dihuni 500 narapidana, tahun 170-193 H. Pelakunya adalah Mentri Syi`ah yang bernama Ali bin Yatqin pada masa Harun Ar Rasyid
Pengkhianatan Dinasti Fatimiyyah bekerjasama dengan tentara salib untuk membantai umat Islam ahlusunnah, dan memaksakan Syi`ah pada penduduknya
6. 301-567 H, Daulah Fatimiyyah yang Syi`ah
Penyerangan kota Mekkah oleh orang-orang Qaramitah, membunuh puluhan ribu jamaah Haji dan mencuri Hajar Aswad, yang selama 20 tahun baru kembali (336 H), tahun 317 H.
Pelakunya Abu Thahir ar Rafidhi al Qurmuthi.
7. Pengkhianatan mentri Syi`ah dalam menghancurkan Baghdad (pusat pemerintahan Islam Abbasiyyah), bekerjasama dengan pasukan Tartar.
Ratusan ribu kaum Muslimin terbunuh, dari tua, muda, laki-laki dan wanita. Tahun 656 H, pelakunya adalah Muhammad bin Qami dan Nashiruddin Ath Thursi
8. Iran 1399 H/ 1979 M
Pengkhianatan Khomeini, memimpin Iran selama 10 tahun dengan api dan besi, menggantung oposisinya 150.000 orang, mengusir 3 juta orang. Tahun 1399 H/ 1979 M, pelakunya
Khomeini memimpin negara Syi`ah Iran
0 komentar:
Post a Comment